"Memecahkan rekor penyajian sala lauk terbanyak," kata Manajer MURI Andre Purwandono saat menyerahkan piagam pada Ketua Himpunan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Sumbar, Nevi Zuairina di Padang, Selasa.
Jumlah sala lauk yang disajikan pada acara yang melibatkan ribuan anak PAUD dari kabupaten dan kota di Sumbar itu mencapai 50 ribu butir. Sala lauk merupakan kuliner khas daerah itu yang berbahan dasar ikan.
Penyajian sala lauk terbanyak itu diselenggarakan dalam rangka Hari Anak Nasional 2018. Kuliner berbentuk bulat sebesar bola pimpong dengan warna kuning kunyit itu kemudian dibagikan kepada anak-anak yang mengikuti peringatan Hari Anak Nasional di daerah itu.
"Sala lauk ini selain untuk memecahkan rekor, juga bertujuan untuk mensosialisasikan kuliner berbahan dasar ikan pada masyarakat, terutama anak-anak agar gemar memakan ikan," kata Nevi yang juga ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Sumbar.
Ikan yang diolah menjadi "sala lauak" itu lebih praktis dan menarik hingga anak-anak lebih tertarik untuk mengonsumsinya. "Banyak juga anak yang tidak suka ikan, agar mereka suka, harus diolah dengan kreatif menjadi kuliner yang kreatif dan praktis sehingga dapat langsung di konsumsi anak, contohnya dengan sala lauak ini," katanya.
Konsumsi ikan bagi anak-anak dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasannya, karena ikan mengandung vitamin yang baik.
Baca juga: Madiun pecahkan rekor dengan 16.825 nasi pecel pincuk
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Yosmeri menambahkan, "sala lauak" tidak hanya bisa diolah dari ikan laut saja, tetapi juga bisa dengan ikan air tawar.
Cara membuat relatif mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Bumbu yang digunakan juga sudah biasa digunakan dan sebagian besar sudah ada di dapur.
Ia mengatakan saat ini konsumsi ikan di Sumbar baru 34,3 kilogram per kapita. Diharapkan dengan kampanye yang terus menerus konsumsi ikan bisa ditingkatkan.
Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mendukung gerakan makan ikan tersebut untuk mendorong peningkatan sumber daya manusia dengan menjaga asupan gizi anak sejak usia dini.
"50 persen perkembangan otak terjadi pada usia dini, karena itu asupan gizi harus diperhatikan," ujarnya.
Ia mengimbau orang tua untuk ikut membantu gerakan makan ikan tersebut untuk membantu masa depan anak. (KR-MKO).
Baca juga: Pengibaran bendera dasar laut peroleh Rekor Muri
Baca juga: 5.555 penari pecahkan rekor tari kecak kolosal
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018