Petani Badui masuki musim berladang padi huma

26 Juli 2018 11:47 WIB
Petani Badui masuki musim berladang padi huma
Pedagang menjual duren lokal di Pasar Badak, Pandeglang, Banten, Rabu (29/8). Duren lokal tersebut dipasok dari daerah pegunungan Banten Selatan termasuk kebun milik warga Badui. (FOTO ANTARA/Asep Fathulrahman)

Kami terbantu ekonomi dan pangan dari hasil bercocok tanam ladang dan tidak menggunakan lahan sawah serta cangkul karena dilarang adat

Lebak (ANTARA News) - Petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak sepekan terakhir memasuki musim berladang padi huma. Merekapun melakukan pembabatan semak-semak rerumputan dan pepohonan.

"Semua sampah pembabatan itu nantinya dibakar untuk dijadikan pupuk organik," kata Santa (45), seorang petani Badui saat dihubungi di Lebak, Kamis.

Pembukaan berladang petani Badui itu dilakukan secara serentak berdasarkan keputusan adat yang harus direalisasikan. Sedangkan jadwal tanam pada September mendatang.

Petani Badui melakukan pembabatan semak-semak rerumputan dan pepohonan dengan membuka hutan.
Limbah sampah itu nantinya dibakar untuk bahan pupuk organik guna menyuburkan lahan pertanian padi huma.

"Kami berharap pembukaan ladang huma itu berjalan lancar dan menghasilkan poduksi pangan," kata Santa.

Pulung (55), seorang petani Badui mengaku dirinya tengah membuka ladang huma seluas 1,5 hektare di lahan perbukitan.

Masyarakat Badui bercocok tanam pangan di lahan-lahan perbukitan. Hal itu dilakukan sejak nenek moyang.

Selama ini, pertanian padi huma dengan masa panen selama enam bulan ke depan dijadikan andalan ketahanan pangan keluarga.

Selain itu mereka juga menanam pisang, jagung, pepaya, durian, cabai, jahe dan tanaman keras, seperti albasia, kecapi, jati dan pulai.

"Kami terbantu ekonomi dan pangan dari hasil bercocok tanam ladang dan tidak menggunakan lahan sawah serta cangkul karena dilarang adat itu," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengemukakan, selama ini belum ditemukan kerawanan pangan di kalangan masyarakat Badui.

Bahkan saat ini gudang pangan atau "leuit" yang ada di kawasan Badui tercatat 2.000 gudang dengan rata-rata empat ton. Isi gudang pangan itu jika dikalkulasi mencapai 8.000 ton.

Selama ini, produksi padi huma tidak dijual sehingga mencukupi untuk kebutuhan konsumsi keluarga.

"Kami mendorong petani Badui terus mengembangkan padi gogo atau padi huma karena menyumbangkan ketahanan pangan itu," katanya.

Sejumlah petani Badui membuka ladang padi huma di lahan adat di kawasan Badui dan juga lahan milik Perum Perhutani dengan cara menyewa.

Selain itu juga ada yang sistem bagi hasil dengan masyarakat luar sebagai pemilik lahan.

Baca juga: Masyarakat Badui gelar operasi pelarangan barang modern
Baca juga: Kerajinan tenun Badui tumbuhkan ekonomi masyarakat lokal


 

Pewarta: Mansyur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018