"Program tersebut rencananya dimulai awal 2019. Saat ini, kami masih mencari lahan yang cocok seluas 1-2 hektare. Tapi bisa juga memanfaatkan gudang yang ada," kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo, di Mataram, Rabu.
Menurut dia, lokasi yang cocok untuk membangun pasar induk beras adalah dekat dengan sentra produksi padi terbesar di NTB. Dengan begitu, akan memudahkan petani membawa hasil produksinya.
"Pedagang di pasar induk beras tersebut harus orang NTB, tapi yang membeli beras boleh dari mana-mana. Seperti pasar induk beras Cipinang Jakarta," ujarnya.
Imam menambahkan keuntungan membangun pasar induk ada dua. Pertama, bisa mengetahui alur distribusi beras dari petani hingga ke pedagang.
Keuntungan yang kedua adalah Bulog bisa menjadi pembeli dan pedagang. Artinya, ketika stok beras di gudang berlebih bisa menjadi penjual, tapi ketika panen raya padi bisa menjadi pembeli.
"Jadi saat Bulog butuh beras bisa bermain sebagai pembeli di pasar induk beras tersebut." ucapnya.
Selain akan membangun pasar induk, Bulog juga berencana mengembangkan bisnis pascapanen dengan membangun pabrik penggilingan padi berkapasitas 12 ton per jam. Pabrik tersebut akan mulai dibangun pada September 2018.
Imam mengatakan pembangunan pabrik penggilingan di NTB karena mempertimbangkan sebagai salah satu provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia.
"Harapannya dengan adanya pabrik pascapanen tersebut panen beras yang banyak bisa terserap dengan harga layak. Dan kami ingin agar ada usaha ikutan yang dilakukan oleh badan usaha milik desa sehingga perputaran uang kembali lagi ke petani," katanya.
Baca juga: KPPU usulkan pasar induk beras di enam wilayah
Baca juga: Kementan perbanyak PUPM di NTB
Pewarta: Awaludin
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018