Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga minyak mentah dunia mendongkrak perolehan laba bersih PT Pertamina EP pada Semester I 2018 menjadi 361 juta dolar AS (sekitar Rp5,19 triliun), naik 24,76 persen dibandingkan perolehan laba periode sama tahun lalu.Kenaikan pendapatan periode Januari-Juni 2018 itu ditopang oleh kenaikan harga minyak dunia yang saat ini mencapai 66,28 dolar AS per barel. Angka ini lebih tinggi dari 48,48 dolar AS per barel dari periode sama tahun lalu. Sedangkan harga gas naik d
"Kenaikan pendapatan periode Januari-Juni 2018 itu ditopang oleh kenaikan harga minyak dunia yang saat ini mencapai 66,28 dolar AS per barel. Angka ini lebih tinggi dari 48,48 dolar AS per barel dari periode sama tahun lalu. Sedangkan harga gas naik dari 5,92 dolar menjadi 6,07 dolar per MSCF," kata Presiden Direktur PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan peningkatan laba bersih anak perusahaan PT Pertamina (persero) tersebut sejalan dengan kenaikan pendapatan perusahaan.
Pada periode Januari-Juni 2018, Pertamina EP membukukan pendapatan 1,45 miliar dolar AS, naik dibandingkan 1,23 miliar dolar AS (year-on-year/yoy). Kenaikan pendapatan didorong oleh penjualan dalam negeri non-BBM sebesar 1,44 miliar dolar AS serta ekspor minyak mentah dan gas 16,4 juta dolar AS.
Peningkatan penjualan sepanjang Semester I tersebut juga ditopang oleh realisasi produksi migas Pertamina EP sebesar 252.529 setara barel minyak per hari (BOEPD) pada tahun 2018. Angka ini lebih tinggi dari 248.161 BOEPD di tahun 2017 (year of year).
Sementara volume penjualan migas siap jual (lifting) pada periode Semester I 2018 sebesar 13.632,26 MBO atau sekitar 45,2 persen terhadap RKAP 2018 sebesar 30.143 MBO. Penjualan ekspor minyak berasal dari kondensat Senoro Field Matindok sebesar 155 MBO ke Singapura dan Korea Selatan serta ekspor gas dari Unitisasi Suban sebesar 863,12 MMSCF ke konsumen Gas Supply Pte Ltd Singapura.
Hingga akhir Juni 2018, realisasi produksi harian minyak Pertamina EP adalah 76 ribu barel per hari (BOPD) atau 91,65 persen dari angka RKAP 2018 dan 96,36 persen dibandingkan dengan realisasi produksi harian minyak di tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi gas hingga Juni 2018 mencapai 1.022,4 MMSCFD dari target RKAP 986.110 MMSCFD.
Secara total produksi migas Pertamina EP sampai akhir Juni 2018 sebesar 252.529 BOEPD atau 99.73 persen dibandingkan RKAP 2018 sebesar 253.203 BOEPD.
?Dari lima asset dan kemitraan, kontributor terbesar produksi minyak adalah Asset 5 di Kalimantan dengan produksi rata-rata 18.530 BOPD atau sekitar 24 persen dari total produksi minyak Pertamina EP. Sedangkan produksi gas terbesar ada di Asset 2 di Sumatera Selatan sebesar 437,4 MMSCFD atau 43 persen dari total produksi gas Pertamina EP," ujar Nanang.
Untuk meningkatkan cadangan migas, tambah Nanang, Pertamina EP juga melakukan kegiatan eksplorasi yang telah mencapai tujuh sumur. Sebanyak tiga sumur sudah selesai eksplorasi dan empat sumur dalam pelaksanaan pemboran. Untuk seismic 2D telah dilakukan sepanjang 153km dan 3D seluas 344 km2.
Pada semester II kami proyeksikan realisasi pemboran mencapai 13, seismic 2D sepanjang 1.190 km dan 3D seluas 444 km2. Pemboran dilakukan pada beberapa area potensial seperti Akasia Maju dan Pinus Harum di Jawa Barat, Sekarwangi di Sumbagsel, dan Wolai di Sulawesi Tengah,? ujarnya.
Baca juga: Harga minyak naik karena sanksi AS terhadap Iran picu kekhawatiran pasokan
Baca juga: Produksi Saudi jatuh, harga minyak dunia naik
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018