• Beranda
  • Berita
  • Komunitas Kebon Kliwon kampanye penghijauan di FLG

Komunitas Kebon Kliwon kampanye penghijauan di FLG

12 Agustus 2018 23:33 WIB
Komunitas Kebon Kliwon kampanye penghijauan di FLG
FESTIVAL LIMA GUNUNG XVII Penari sanggar Omah Citra Kahyangan asal Wonogiri menampilkan tari Panen Mbako di arena Festival Lima Gunung (FLG) XVII di Wonolelo, Bandongan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (11/8). Ratusan penari dari berbagai kota di Indonesia memeriahkan gelaran FLG XVII dengan mengusung tema "Masih Goblok Bareng". ANTARA FOTO/Anis Efizudin/wsj/18. (ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN)

Festival ini kami manfaatkan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas untuk menanami pekarangan dengan berbagai pepohonan

Magelang (ANTARA News) - Komunitas Kebon Kliwon mengampanyekan gerakan penghijauan kepada masyarakat saat puncak Festival Lima Gunung XVII/2018 di Dusun Wonolelo, Desa Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu.

Dalam kampanye itu mereka membagikan sekitar 500 bibit berbagai pohon kepada warga yang menyaksikan Festival Lima Gunung, yang diselenggarakan secara swadaya para seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang.

Komunitas yang dipimpin Mohammad Khoirul Soleh dari Desa Kebon Rejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang itu, juga membuat instalasi gunungan dengan sejumlah bibit pohon untuk diikutkan dalam kirab budaya para seniman dari perkampungan dusun setempat hingga panggung pementasan di areal persawahan setempat.

Secara simbolis Khoirul memberikan bibit pohon kepada sejumlah warga di atas panggung yang di sekelilingnya dipadati para penonton, antara lain warga setempat, para seniman, pemerhati budaya, dan tamu dari luar kota.

Anggota seniman komunitasnya dengan kesenian bernama "Padmasari" dan "Gupolo Kebon" itu kemudian membagi-bagikan secara gratis berbagai bibit pepohonan kepada warga dan penonton festival untuk ditanam di pekarangan masing-masing.

"Festival ini kami manfaatkan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas untuk menanami pekarangan dengan berbagai pepohonan. Bumi makin panas. Kami tidak ingin budaya menanam makin pudar," ujar Khoirul yang bersama komunitasnya sebagai bagian dari Komunitas Lima Gunung itu.

Berbagai bibit pohon yang dibagikan kepada warga itu, antara lain jambu, durian, jeruk, mangga, cerry, alpukat, bidara, kelengkeng, kelapa, sawo, sirkaya, matoa, murbei, sirsat, kacang amazon, buah ajaib, dan anggur brazil.

"Ada 500-an bibit," ujar dia.

Peluncuran Buku

Puncak festival (10-12 Agustus 2018) selain ditandai dengan berbagai pementasan kesenian oleh Komunitas Lima Gunung dan berbagai jejaringnya di Magelang dan sekitarnya, serta sejumlah kota di Indonesia, juga diisi dengan peluncuran buku kumpulan penyair yang juga pegiat Komunitas Lima Gunung Haris Kertorahardjo dengan judul "Matematika: Pinter-Pinter=Goblok"

Buku kumpulan puisi tersebut juga dibawa seorang seniman komunitas menggunakan baki, ikut dalam kirab budaya. Di panggung pementasan, Haris secara simbolis memberikan buku tersebut kepada sejumlah penonton.

Haris yang juga salah satu murid kepenyairan W.S. Rendra itu juga membacakan salah satu puisinya pada acara puncak festival tersebut. Buku puisi tersebut berisi sekitar 60 puisi karyanya yang dibuat sejak 2003 hingga 2017. "Ini menjadi kesempatan yang istimewa untuk peluncuran buku puisi saya ini," ujarnya.

Baca juga: Seniman performa "jinjit" pagi di Festival Lima Gunung
Baca juga: Festival Lima Gunung, 40 seniman gelar pameran "rasah mikir"

 

Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018