"WNI banyak di Malaysia, baik yang berketrampilan maupun tidak. Harapan saya kepada pemerintah Malaysia agar memberikan akses pendidikan atau diberikan izin tempat pendidikan dengan biaya, guru dan kurikulum dari Indonesia," katanya di Kuala Lumpur, Jumat.
"Sekarang ini kami belum mendapatkan izin pendirian sekolah di Semenanjung Malaysia, sementara banyak anak-anak Indonesia di Semenanjung yang belum mendapatkan akses pendidikan," katanya ketika diwawancarai media Malaysia usai Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-73 di Wisma Duta.
Rusdi mengatakan sarana pendidikan berupa Community Learning Center (CLC) sudah ada di Sabah dan Sarawak, namun pembukaan fasilitas pendidikan di Semenanjung Malaysia belum mendapat izin.
"Saat ini Sabah sudah ada 230 CLC dan Sarawak 54 CLC. Sekolah ini kecil-kecil, satu sekolah bisa 20 hingga 30 orang murid. Lokasinya juga berjauhan satu dengan yang lain di ladang sawit," katanya.
"Kami sudah membuka Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di KBRI, tetapi tempat tidak mencukupi. Tidak hanya 1.000 hingga 2.000 anak, tetapi puluhan ribu anak. Saya kira dari sisi agama, kemanusian dan PBB, maka pendidikan itu wajib supaya bisa membaca dan menulis," katanya.
Menanggapi keberadaan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), dia mengatakan sekolah tersebut sesuai untuk warga yang berpenghasilan besar, mereka yang penghasilannya kecil tidak mampu membayar biayanya.
Baca juga:
Pemerintah tambah sekolah untuk anak TKI di Malaysia
Perwakilan Indonesia targetkan 50 CLC di Sarawak
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018