"Seleksi di Tanah Air membuahkan hasil," kata Endang di Mekkah, Jumat.
Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) pada Jumat pukul 17.28 WAS, jumlah anggota jamaah haji yang meninggal dunia di Tanah Suci tercatat 231 orang. Sementara tahun lalu jumahnya sampai 657 orang.
Menurut dia, pengetatan seleksi berdasar istithoah dilakukan merujuk pada tingkat kesehatan jamaah dan perkiraan kemampuan mereka dalam menjalani proses ibadah haji di Tanah Suci yang sangat menguras fisik.
Dia mengatakan petugas haji, utamanya tim medis, juga berusaha sebaik mungkin mengawal jamaah haji yang tahun ini sebagian besar berusia lanjut.
Pada musim haji tahun ini, di antara jamaah Indonesia ada 54.132 orang yang berusia 41-50 tahun, 71.871 orang yang berusia 51-60 tahun dan 41.534 orang berusia 61-70 tahun.
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pengetatan seleksi istithoah ditujukan untuk menyaring jamaah yang akan berangkat ke Tanah Suci. Mereka yang memiliki risiko kesehatan tinggi (risti) akan diseleksi secara teliti dan tidak akan dipaksakan berangkat kalau keselamatan jiwanya bisa terancam.
Selain pengetatan kriteria istithoah, Lukman menyebut performa petugas haji di Tanah Suci juga penting untuk menekan kematian jamaah.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka menyatakan petugasnya melakukan pengawalan jamaah dari sisi kesehatan.
Kementerian Kesehatan berupaya meminimalkan risiko kesehatan antara lain dengan mengerahkan sumber daya manusia berkapasitas serta menyediakan obat-obatan, alat pelindung diri (APD) dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Selain itu, dia melanjutkan, ada persiapan makanan bagi jamaah sakit, ambulans, dan tenda kesehatan di Arafah-Muzdalifah dan Mina (Armuzna), serta penyuluhan kesehatan dan penyediaan vaksinasi jamaah.
Baca juga: Enam anggota jamaah meninggal saat wukuf
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018