Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan melalui Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) akan meneliti dan memonitor tingkah laku pelaku pasar dalam transaksi valuta asing.Untuk yang tidak legitimate, kami akan mengambil langkah tegas agar tidak menimbulkan spekulasi atau sentimen negatif
"Kami bersama OJK dan BI melalui Forum KKSK akan terus meneliti dan memonitor secara detail tingkah laku para pelaku pasar, mana yang memang membutuhkan legitimate," katanya usai rapat di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Sri Mulyani menyebutkan KKSK akan meneliti dan memonitor perilaku mereka apakah membutuhkan transaksi valas untuk keperluan industrinya atau merupakan transaksi yang tidak memiliki legitimasi.
"Untuk yang tidak legitimate, kami akan mengambil langkah tegas agar tidak menimbulkan spekulasi atau sentimen negatif," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Ia menjelaskan transaksi valas yang memiliki legitimasi misalnya transaksi dalam rangka impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
"Itu merupakan barang modal dan memang bisnisnya ada, untuk membayar utangnya, ada kebutuhan yang legitimate, bukan yang spekulatif," katanya.
Menkeu memperkirakan kondisi tekanan terhadap perekonomian nasional masih akan berlangsung antara lain sebagai dampak krisis di Argentina.
"Situasi ini masih akan berlangsung karena kondisi krisis di Argentina masih berjalan dan mungkin akan menimbulkan dampak kepada negara berkembang lain," katanya.
Pemerintah bersama otoritas bidang ekonomi lainnya akan tetap memperkuat pondasi ekonomi.
Ekspor akan tetap didorong dengan mengarahkan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia yang saat ini berusia sembilan tahun dengan volume aktivitasnya Rp100 triliun, agar lebih fokus kepada pasar potensial dan eksportir potensial agar segera meningkatkan pertumbuhan ekspor nasional.
Menurut Sri Mulyani, Kantor Menko Perekonomian dan Kantor Kemenko Kemaritiman akan berusaha terus memperbaiki lingkungan bisnis sehingga arus modal masuk dari investasi asing langsung bisa meningkat.
Ketika ditanya langkah strategis menghadapi tekanan ekonomi eksternal, Menkeu mengatakan menghadapi situasi eksternal seperti ini maka Indonesia harus berasumsi untuk terus memperkuat pondasi ekonomi.
"Yang kami lakukan sekarang langsung kepada pondasi ekonominya .Mana faktor yang dilihat oleh market sebagai titik lemah, kita perkuat," katanya.
Ia menyebutkan pasar selama ini melihat titik lemah Indonesia adalah di neraca pembayaran yaitu pada transaski berjalan dan neraca perdagangan.
Baca juga: Dampak gejolak Turki-Argentina, rupiah melemah jadi Rp14.815
Baca juga: Darmin: pelemahan rupiah terpengaruh kondisi Argentina
Pewarta: Agus Salim
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018