• Beranda
  • Berita
  • Bendung rusak menambah kekhawatiran warga Lombok Timur

Bendung rusak menambah kekhawatiran warga Lombok Timur

5 September 2018 14:00 WIB
Bendung rusak menambah kekhawatiran warga Lombok Timur
Kondisi bendungan yang rusak akibat gempa di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (5/9/2018). (ANTARA/Dhimas Budi Pratama)
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (ANTARA News) - Bagian tengah bendungan di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, ambruk saat gempa mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya, membuat warga yang sedang membersihkan reruntuhan rumah mereka khawatir air sungai yang tak terbendung akan membawa bahaya saat musim hujan datang.

Pada Rabu, bagian tengah bendung yang ambrol belum diperbaiki. Bangunan bendungan sepanjang sekitar 50 meter dengan tinggi 10 meter dan tebal dua meter yang melintasi sungai di Desa Belanting itu tidak akan berfungsi maksimal untuk menahan air saat hujan datang. 

"Minggu (19/8) terakhir itu dia ambruk," kata Ahmad Rizky (32), warga Dusun Urat Malang yang sedang membersihkan reruntuhan bangunan rumahnya yang berada dekat dengan lokasi bendungan.

"Aliran sungai ini besar kalau di musim hujan, malah yang di bawah sana biasa jadi langganan banjir. Apalagi kondisi sekarang, bendungannya sudah jebol, bahaya," ujar Fadli (38), rekan Ahmad Rizky yang turut membantunya membersihkan reruntuhan bangunan.

Fadli lalu menunjuk ke titik-titik longsoran tanah di sekitar sungai yang menurut dia juga mesti diwaspadai.

Sungai yang mengalir di sepanjang perbukitan kaki Gunung Rinjani itu cukup besar. Fadli khawatir, saat musim penghujan datang air akan membawa longsoran tanah serta bebatuan dan batang pohon yang tumbang akibat gempa ke lereng bukit kemudian menghantam bendungan.

Kalau hal yang demikian terjadi, ia mengatakan, permukiman dan perkebunan warga bisa kebanjiran.

"Kalau bendungan jebol, jembatan bisa roboh. Itu (sambungan jembatan) saja sudah patah. Pas gempa Minggu (19/8) siang, itu jembatan saya lihat goyang naik turun," kata Arif, pria asal Desa Belanting lainnya.

Ia menambahkan kalau jembatan tersebut putus, warga yang ada di bagian Timur Laut Pulau Lombok, desa-desa di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, seperti Dara Kunci, Belanting, Obel-obel, dan Madayin bisa menghadapi masalah.

"Mau tidak mau putar arah dari Sembalun atau Bayan, Lombok Utara, cukup jauh," kata Arif.

Pada Maret 2012, Jembatan Belanting pernah ambruk akibat diterjang banjir bandang saat musim penghujan. Akibatnya, sejumlah dusun terisolasi dan ratusan warganya harus mengungsi.

Pemerintah kemudian membangun kembali jembatan dengan konstruksi baja sambung. Jembatan dengan panjang mencapai 100 meter lebih itu ditopang oleh satu tiang penyangga di bagian tengah jembatan.

Komandan Satuan Tugas Gabungan Terpadu PDB Gempa Lombok Kolonel Inf Farid Makruf saat dihubungi wartawan dari Mataram mengatakan dia akan menyampaikan persoalan itu dalam rapat dengan pemerintah daerah.

"Sore ini saya akan rapat dengan pemerintah, nanti akan saya coba bicarakan," kata perwira TNI yang pernah menjabat sebagai Danrem 162/Wira Bhakti itu.

Baca juga:
Anggota DPR menilai pemulihan Lombok terlalu lambat
Menko PMK koordinasi percepatan rehabilitasi-rekonstruksi pascagempa NTB

 

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018