"Ini adalah pelatihan umum bagaimana berinteraksi dengan para penyandang disabilitas. Pelatihan ini tentu berbeda dengan pelatihan Asian Games, selain pelatihan umum lain seperti kepribadian ataupun pemahaman tentang tiket elektronik," kata Wakil Direktur Hukum dan Sumber Daya Manusia Rezza Dwi Brammadita di sela-sela pelatihan sukarelawan di Universitas Nasional Jakarta, Senin.
Baca juga: Mensos temukan kekurangan fasilitas disabilitas APG
Baca juga: Mensos gelorakan semangat peduli disabilitas lewat APG
Baca juga: Jokowi janji atlet Para Games dapat bonus sama dengan Asian Games
Baca juga: INAPGOC libatkan disabilitas jadi pengemudi ojek Asian Para Games
Rezza mengatakan para sukarelawan itu terbagi ke dalam 40 kelas yang masing-masing berisi 30-50 orang.
"Pelatihan secara khusus pada masing-masing divisi akan berlangsung pada 21-26 September di Jakarta," ujarnya.
Pelatihan interaksi kepada para penyandang disabilitas yang berlangsung sejak Senin (17/9) hingga Kamis (20/9) itu, menurut Rezza, tidak memerlukan peralatan khusus dan hanya menekankan pada sikap dan mekansime interaksi dengan difabel.
"Para sukarelawan tidak boleh merasa kasihan dan tiba-tiba mendorong pengguna kursi roda. Sebenarnya, mereka mampu madiri. Kami mengajarkan komunikasinya dengan bertanya lebih dulu mereka butuh dibantu atau tidak," katanya.
Pelatihan bagi sukarelawan APG itu juga melibatkan puluhan orang pelatih dari berbagai komunitas difabel di Indonesia.
"Mereka mendapatkan materi pelatihan bagaimana cara berinteraksi dengan disabilitas. Pelatihan itu diberikan langsung oleh pelatih disabilitas seperti tuna rungu, tuna netra, serta tuna daksa," katanya.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018