Kendari, (ANTARA News) - Masyarakat yang tinggal di areal perkebunan dan kawasan hutan di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), pada musim kemarau ini diminta tidak membuka lahan dengan cara membakar lahan dan hutan guna mengantisipasi meluasnya musibah kebakaran."Kami sangat kesulitan memadamkan api, karena kami hanya menggunakan peralatan seadanya.
Kepala Manggala Agni Daops Tinanggea Sultra Yanuar Fanca Kusuma di Kendari, Senin mengungkapkan, sejauh ini sebaran hotspot atau titik panas di sejumlah wilayah terus bertambah, terpantau melalui pencitraan Satelit Terra dan Satelit Aqua.
Menurut Yanuar, sebaran titik kebakaran, sebagian besar terjadi di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Konawe Utara (Konut) dan Kabupaten Kolaka Timur (Koltim).
"Kebakaran ini kami duga sengaja dilakukan oleh warga yang tidak bertanggungjawab, untuk membuka lahan pertanian baru," ungkap Yanuar.
Ia juga berpesan kepada masyarakat yang melihat titik api, untuk bersama-sama ikut memadamkan atau melaporkan ke pihak berwajib sehingga kobaran api tidak menjar ke mana-mana.
Beberapa waktu lalu, ratusan hektare lahan perkebunan sawit di Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur hangus terbakar, akibat ulah warga yang sengaja membakar lahan dan merembet ke areal perkebunan.
"Kami sangat kesulitan memadamkan api, karena kami hanya menggunakan peralatan seadanya. Karena itu mari kita sama-sama kurangi dengan pola-pola lama untuk membuka lahan perkebunan dengan cara membakar, ingat anak-anak kita masih ingin punya paru-paru sehat," harap Yanuar Fanca Kusuma.*
Baca juga: 157 titik panas terdeteksi di Sumatera
Baca juga: 2.005 hektare lahan dan hutan Kalsel terbakar
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018