Ia terlihat menguasai materi ketika tampil menjelaskan hal kopi di kawasan Gunung Tilu, Pengalengan, Jawa Barat. Di lokasi gudang yang dijadikan area "workshop", Mochamad Aleh Setiapermana yang akrab disapa Pak Aleh, menjelaskan dengan baik sejarah kopi di kawasan tersebut, bagaimana mengelola biji kopi, cara menanam kopi, proses sangrai kopi, menggiling kopi, hingga menjadi barista.Belum lama ini, kopi kami juga tercatat sebagai biji kopi dengan nilai jual tertinggi dalam sebuah lelang di Monas, Jakarta.
Pak Aleh sebelumnya hanya seorang petani kopi di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, namun berkat kesadaran untuk mengembangkan perekonomian pribadi dan petani kopi di kawasan itu, ia kini telah menjadi enterpreneur atau pengusaha kopi yang kerap diundang untuk bercerita tentang kopi dan kisah suksesnya.
Ia yang juga Ketua Koperasi Kopi di kawasan itu dengan anggota 250 orang, merupakan petani kopi yang telah menjalani profesinya sejak 1998. Lahan garapan yang dimilikinya luasnya sekitar 4,5 hektare.
Hasil panen kopi dari lahan tersebut dijual kepada Koperasi Produsen Kopi Margamulya yang memproduksi Kopi Java Preanger.
Nama Kopi Java Preanger sendiri telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda di mana proses penanamannya merupakan bagian dari Tanam Paksa. Hasil panen para petani dikala itu diekspor ke seluruh dunia oleh Belanda dan sempat mendapat julukan A Cup of Java.
Dalam perkembangan karirnya, ada kontrbusi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI di situ.
Menurut Corporate Secretary BNI Kiryanto, demi memajukan usaha dan meningkatkan kesejahteraan hidup Pak Aleh, BNI menawarkan kredit lunak, yang dinamakan Kredit Program Kemitraan. Syaratnya, berusia lebih dari 21 tahun, memiliki pengalaman usaha lebih dari enam bulan, tidak memiliki fasilitas kredit produktif dari bank lain, serta menyerahkan jaminan barang berharga dan dokumen penting.
"Pak Aleh sudah bisa mendapatkan kredit dari BNI dengan bunga yang hanya sebesar 6 persen untuk kredit senilai Rp30 juta," kata Kiryanto.
Hasil panen kopi dari lahannya dijual Pak Aleh kepada Koperasi Produsen Kopi Margamulya yang memproduksi Kopi Java Preanger.
Pak Aleh mampu menyulap dirinya hingga menjadi barista dengan mengelola Cafe Coffee House Gunung Tilu.
Keberhasilan tersebut juga menjadi hasil dari kerja keras Pak Aleh berlumuran tanah menjadi petani kopi selama 17 tahun. Tidak hanya menyajikan kopi, sebagai barista yang memiliki bekal pengalaman sebagai petani kopi selama belasan tahun, Pak Aleh memberikan pelatihan mengolah kopi dari awal penamanan hingga disajikan di cangkir.
Pelatihan tersebut terfasilitasi oleh lokasi Cafe Coffee House Gunung Tilu yang ada di depan kebun kopi sehingga dapat dicapai dengan berjalan kaki oleh pengunjung. Segala proses pengolahan kopi pun dapat ditemui di sini, karena Pak Aleh melengkapi cafe-nya dengan pabrik pengolahan kopi, mulai dari panen di kebun, pemilihan biji kopi terbaik, proses sangrai, pengolahan biji menjadi bubuk kopi, pengemasan, hingga pengolahannya menjadi minuman siap saji yang nikmat.
Semua hal tersebut menjadikan pengunjung Cafe Coffee House Gunung Tilu mendapatkan sebuah pengalaman wisata edukasi untuk menikmati secangkir kopi sekaligus ilmu untuk menjadi barista.
Untuk pengolahan biji kopi hingga pengemasan menjadi paket-paket kopi siap jual, Pak Aleh menyerahkannya kepada Koperasi Produsen Kopi Margamulya. Adapun penanaman kopi hingga panen ia lakukan sendiri bersama keluarganya di atas lahan milik sendiri seluas 4,5 hektare.
Keberhasilan Pak Aleh tidaklah lepas dari faktor tren di Indonesia di mana utamanya anak-anak milenial, yang tengah gandrung "nongkrong" di cafe untuk "ngopi" sebagai usaha memuaskan kebutuhan eksistensial mereka. Kecenderungan "ngopi` ini telah meningkatkan demand produksi kopi dan turunannya. Ini berdampak positif bagi pengusaha petani dan pengusaha kopi seperti Pak Aleh. Inilah juga yang menyebabkan bisnis Pak Aleh tidak sekadar bertahan, melainkan juga semakin maju.
Sudah hampir dua tahun berlalu sejak akad kredit, kolektabilitas atau kualitas kredit Pak Aleh di BNI tetap lancar. Kolektabilitas lancar merupakan salah satu tanda dari kesuksesan usaha yang dijalankan debitur dengan menggunakan dana yang disalurkan oleh bank dalam bentuk kredit.
Bagi BNI, kata Kiryanto, Pak Aleh bukan sekadar debitur, namun juga sebuah kebanggaan karena dapat mengantarkan Pak Aleh dari petani kopi menjadi pengusaha kopi dan pengelola cafe.
Penuh prestasi
Dukungan BNI untuk Pak Aleh tidak salah sasaran. Lihat saja prestasi yang disandangnya. Pada Oktober 2017, menjadi Juara I Coffee Cupping Competition Jenis Arabika di Smesco Rembug Kopi Nusantara, Jakarta.
Selain itu juga menjadi Kelompok Tani Berprestasi untuk Komoditas Kopi pada Kategori Pengolah Hasil tahun 2015 dari Gubernur Jawa Barat.
"Belum lama ini, kopi kami juga tercatat sebagai biji kopi dengan nilai jual tertinggi dalam sebuah lelang di Monas, Jakarta," ujar Pak Aleh saat ditemui di Pangalengan, Sabtu (15/9).
Kopi Java Preanger Gunung Tilu pun semakin harum wanginya hingga ke mancanegara. Selama ini, pada setiap masa panen pada bulan Maret atau Agustus, ada pengekspor kopi ke Jepang yang menampung kopi Java Preanger sebanyak 70 ton.
"Bulan Desember 2018, kami telah menjadwalkan ekspor perdana kami ke Jerman," tutur Pa Aleh, sambil menambahkan bahwa dari 100 ton hasil panen di kelompok taninya, 70 persen langsung ekspor dan 30 persennya dibeli oleh konsumen dalam negeri.
Tidak hanya menyejahterakan dirinya saja, konsistensi Pa Aleh dalam mengelola perkebunan kopi telah membawa warga Pangalengan mendapatkan sumber pendapatan baru. Setiap bulannya, hasil panen petani kopi bisa mencapai Rp1,2 juta melampaui upah minimum regional (UMR) setempat. Kondisi ini dengan sendirinya menekan laju urbanisasi di Bandung.
Cerita Pak Aleh telah menjadi cerita sukses pengusaha yang terbantukan oleh Program Kemitraan BNI. Sebagai lembaga keuangan, kata Kiryanto, BNI akan terus menyalurkan Kredit Program Kemitraan demi kemajuan Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia.*
Baca juga: Pemkab Garut bagikan ratusan ribu bibit kopi
Baca juga: Jabar pasarkan kopi dan teh ke Inggris
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018