Direktur Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) Rifai di Tuapejat, Rabu, mengatakan kegiatan tersebut akan menjadi modal sosial bagi masyarakat adat Mentawai untuk melakukan interaksi dan membangun relasi dengan kelompok sosial di luar komunitas mereka.
"Dengan kegiatan terkait masyarakat adat ini diharapkan dapat menghadirkan pengetahuan yang baik tentang masyarakat adat bagi publik di luar masyarakat adat tersebut," katanya.
Ia menyebutkan pengetahuan tentang masyarakat adat nantinya akan melahirkan penghargaan dan penerimaan terhadap masyarakat adat.
Dia mengharapkan hal tersebut memungkinkan masyarakat adat untuk dapat terlibat sampai ke forum-forum pengambilan keputusan.
Selain itu, katanya, kegiatan tersebut dapat menjadi ruang bagi masyarakat adat untuk mengekspresikan sistem nilai hidup, pengetahuan, teknologi, pengobatan, dan bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya, serta kebutuhan mereka untuk diakui dan dihormati.
"Pemahaman tentang masyarakat adat dapat manjadi dasar untuk membaiknya penerimaan, penghargaan, dan penghormatan terhadap keunikan yang dimiliki masyarakat adat," ujarnya.
epala Bidang Pemberdayaan Sosial Budaya Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Susilawaty juga mengharapkan kegiatan itu dapat memperkuat eksistensi masyarakat adat.
"Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan makna mendalam bagi masyarakat Indonesia dan semakin memahami arti dari keberagaman," katanya.
Selain dihadiri masyarakat adat Mentawai, kegiatan itu juga dihadiri oleh beberapa Civil Society Organisation (CSO) serta pegiat masyarakat adat se-Indonesia.
Kegiatan yang digelar selama tiga hari, mulai 19 hingga 21 September tersebut, akan diisi dengan beberapa rangkaian kegiatan, seperti penampilan budaya, kelompok diskusi terpumpun, pameran kerajinan, dan pertunjukan pengobatan tradisional.
Baca juga: Pameran kearifan adat istiadat Suku Mentawai di Leiden
Baca juga: Mentawai ajukan 2.600 hektare untuk KEK Pariwisata
Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018