"Ini pertemuan kedua setelah yang pertama tahun lalu juga di Borobudur ini. Rencananya BCF ini setiap tahun kami selenggarakan," kata Ketua Panitia BCF Ke-2 Lukas Luwarso di sela pembukaan kegiatan yang dipusatkan di Bumayasasta Boutique Art Gallery Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, sekitar 600 meter timur Candi Borobudur, Sabtu.
Rangkaian kegiatan itu, antara lain seminar "Kartun dan Strategi Kebudayaan" dengan narasumber budayawan Erros Djarot dan penanggap Heri Dono, diskusi "Kartun dan Industri Animasi" dengan pembicara Agung Wijanarko (Amikom) dan Susilo Dwi Murwanto (Funymation Studio), lokakarya kartun, dan lomba kartun "on the spot".
Ia mengatakan tema BCF tahun ini "Abad Visual" tentang upaya masyarakat memanfaatkan teknologi visual, gawai, dan internet secara optimal untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi banyak orang.
Tema tersebut, ujar Luwarso yang juga aktif di Kelompok Kerja Dewan Pers dan pengajar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) itu, juga untuk memperkuat kesadaran para kartunis dalam pemanfaatan medium baru era digital.
Ia mengatakan dunia kartun di media cetak makin sempit sehingga para kartunis harus melakukan inovasi dan memperkuat kemampuan kreatif untuk memanfaatkan peluang perkembangan dunia internet.
"Kartunis punya paradigma memanfaatkan medium baru digital. Kartun diarahkan salah satunya animasi dan sebagainya. Kartun tidak akan mati, bahkan di Amerika Serikat menjadi industri. Kalau kartun di dunia cetak lebih diarahkan ke buku dan komik," ujar dia.
Budayawan Erros mengemukakan pentingnya para kartunis memposisikan diri terkait dengan perubahan paradigma dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan bahkan empat dimensi.
"Teman-teman kartunis harus memosisikan diri di mana, dalam paradigma yang berubah ini," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa seni kartun menjadi istimewa dalam kemampuan menyampaikan pesan yang memperkaya makna, tafsir, dan interpretasi. Seni kartun mengajak manusia berpikir lebih kontemplatif.
Pesan melalui gambar kartun, kata dia, menuntut penerima pesan untuk tidak bersikap verval, apalagi banal.
Ia mengatakan bahwa kartun mampu menyajikan fakta sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang sepertinya rumit menjadi lebih simpel.
"Memacu manusia agar berpikir reflektif, kontemplatif, dan juga kreatif dalam melihat dan mengatasi persoalan," ujarnya.
Hadir pada pembukaan BCF 2018, antara lain Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Urip Sihabudin, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Haryono, dan General Manajer Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Urip Sihabudin, mengatakan kartun medium komunikasi efektif, termasuk komunikasi sosial dan politik yang mengena, serta memberikan inspirasi bagi pengambilan kebijakan.
"Bagi pejabat publik, bisa menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan yang positif. Di kartun pula seringkali mengambil peran dan fungsi sosial dan politik yang `makjleb` (mengena, red.), meski itu jenaka. Gambar-gambarnya `nyengit-nyengit` (tajam, red.) tetapi bisa membuat tersenyum kemudian menginspirasi," katanya.
Baca juga: Cengar-cengir di pameran Indonesia Senyum
Baca juga: Seniman Bekasi anugrahi gelar Mpu untuk kartunis GM Sudarta
Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018