Menteri dari Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Iran akan berkumpul di New York pada Senin, demikian kabar dari Reuters.
Tugas mereka adalah meyakinkan Iran untuk tetap bertahan dalam perjanjian nuklir itu, yang ditandatangani pada 2015, meski Amerika Serikat menarik diri sehingga membuat sebagian besar keuntungan ekonomi, yang didapat sebagai imbalan pengurangan program nuklir seperti yang dijanjikan, menjadi sirna.
Di sisi lain, Presiden Iran Hassan Rouhani memerlukan "peluru untuk menghadapi pegaris keras di Iran, yang ingin membatalkan perjanjian itu, kata diplomat penting Eropa.
"Kami berupaya memberikan kepada dia amunisi, namun kemampuan kami terbatas," kata sumber sama.
Inti dari perjanjian itu --yang diupayakan selama dua tahun oleh pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama-- itu adalah Iran akan membatasi program nuklir mereka dengan imbalan pencabutan sanksi yang membuat perekonomian mereka tumbuh negatif.
Trump menilai perjanjian itu cacat karena tidak memasukkan pasal terkait pengembangan peluru kendali dan kegiatan Iran di kawasan.
Amerika Serikat telah menjatuhkan sebagian sanksi mereka kepada Iran pada musim panas ini. Namun sanksi yang paling besar, yang akan membuat para pelanggan utama minyak Iran berhenti melakukan transaksi, baru akan dimulai pada 5 November.
Ancaman sanksi itu membuat mata uang Iran turun tajam. Rial kehilangan sekitar dua pertiga nilainya dibanding dolar pada bulan ini.
Banyak perusahaan Eropa yang menarik diri dari Iran karena takut pada sanksi Washington yang akan membuat mereka kehilangan akses terhadap pasar Amerika Serikat.
Baca juga: Menteri Inggris kunjungi Iran sejak Trump mundur dari perjanjian nuklir
Sepanjang beberapa pekan terakhir, sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa jika Eropa tidak bisa mempertahankan kerja sama ekonomi dengan Iran, maka Tehran akan mengurangi kepatuhan mereka terhadap perjanjian nuklir 2015 -- meski tidak serta merta membatalkannya.
Namun, Eropa berharap bisa menghindari skenario tersebut. Mereka Ingin Iran tetap mematuhi perjanjian dan mengancam akan menjatuhkan sanksi sendiri jika tidak.
"Mereka mengatakan bahwa keadaannya sangat buruk, sehingga hanya akan menerapkan sebagian isi perjanjian. Namun, mereka saat ini masih taat," kata diplomat lain.
Editor: GM Nur Lintang Muhammad/Boyke Soekapdjo
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018