Palembang, (ANTARA News) - Penyandang tunarungu di Kota Palembang berharap adanya petunjuk atau pemandu di fasilitas pelayanan stasiun kereta layang ringan (Light Rail Transit/LRT).Pemerintah belum mendorong itu, namun di luar negeri ini sudah terwujud.
"Kami amat menginginkan petunjuk yang lengkap untuk panduan kami ketika menggunakan transportasi publik tersebut," kata Ketua DPD Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Sumatera Selatan Iwan Oktariansyah di sela kegiatan Hari Bahasa Isyarat internasional dan Pekan Tuli Internasional di Palembang, Minggu.
Menurut Iwan yang juga penyandang tunarungu ini, Undang-Undang bagi penyandang disabilitas secara jelas menyebutkan hak penyandang disabilitas dan kesetaraannya.
"Pemerintah belum mendorong itu, namun di luar negeri ini sudah terwujud," papar pria ini menggunakan bahasa isyarat dan dibantu pemandu.
Ia berharap kebutuhan penyandang tunarungu atau tuli yang secara kasat mata disabilitasnya bisa terpenuhi terutama di ruang umum seperti stasiun LRT dan fasilitas lainnya.
"Padahal dalam penyediaan fasilitas umum jelas harus ada kesetaraan bagi penyandang disabilitas," ujarnya.
Hingga kini Gerkatin telah mencatat ada sekitar 400 orang penyandang tunarungu dengan range minimum berusia 16 tahun yang terdapat di Kota Palembang.
Iwan juga memaparkan sebagian besar kawan tuli tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena hampir tidak ada perguruan tinggi di Kota Palembang yang menyediakan pemandu atau fasilitas yang mempermudah mereka dalam kegiatan perkuliahan.
"Universitas yang menyediakan pemandu dan fasilitas bagi tunga rungu baru ada di Bandung, Jogja, dan Jakarta, sedangkan di sini masih sulit," kata dia.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir komunitas Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia (Bisindo) mulai bekerja sama dengan Universitas Bina Darma Palembang untuk melakukan pelatihan bahasa isyarat kepada sejumlah mahasiswa agar dapat mengakomodasi kawan penyandang tunarungu yang melanjutkan pendidikan di sana.
Dalam peringatan Bahasa Isyarat Internasional dan Pekan Tuli Internasional para pengunjung Car Free Day itu diberi kesempatan untuk belajar singkat bahasa isyarat.
Para rekan tuli bersama komunitas Bisindo juga turut berkeliling mengampanyekan kesetaraan bagi penyandang tuna rungu, serta penggalangan tanda tangan bagi para pengunjung CFD.
"Kami berharap lewat acara ini akan timbul kesadaran bahwa penyandang tunarungu juga mengharapkan kesetaraan di tengah kehidupan masyarakat," katanya.*
Baca juga: LRT Palembang sudah melayani 200 ribu penumpang
Baca juga: Rini : LRT Jabodetabek harus lebih baik dari Palembang
Pewarta: Indra Gultom
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018