Jakarta, (ANTARA News) - Hampir dua bulan pascagempa, kondisi puluhan ribu pengungsi di Lombok masih dalam duka namun upaya pemulihan terus dimaksimalkan berbagai pihak termasuk Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang masih bertugas di seluruh kabupaten terdampak gempa.Ini fase pemulihan, kami berharap bisa membangun masjid yang serupa megahnya di Lombok, dengan nama yang sama yakni Masjid Sunda Kelapa - Lombok, Insya Allah
Upaya pemulihan ini pun melibatkan kolaborasi ACT dengan Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Kota Jakarta Pusat.
Pada Minggu (23/9), lima truk bantuan logistik dikirim dari masjid Agung Sunda Kelapa ke Lombok. Truk mengangkut ribuan bahan-bahan logistik yang paling dibutuhkan untuk pengungsi Lombok selama masa pemulihan.
Catur Widodo dari Philanthropy Network Department (PND) - ACT dalam keterangan pers, Senin, memaparkan truk itu berisi logistik mulai dari makanan, keperluan bayi, hingga obat-obatan.
"Kami mendata, barang yang dikirimkan berupa minyak, beras, saus, sirup, biskuit, keperluan bayi, selimut, pembalut, hinga Al-Quran, baju anak-anak, kerudung dan peralatan salat," jelas Catur.
Sementara itu, Ramadiana Putri selaku Kepala Bidang Sosial Masjid Agung Sunda Kelapa menjelaskan hingga saat ini Masjid Agung Sunda Kelapa masih menggalang donasi untuk Lombok.
"Insya Allah tidak hanya bantuan logistik, di fase pemulihan ini pun, kami berkolaborasi dengan ACT untuk membangun kembali masjid yang ambruk di Lombok. Kami prihatin, masjid di Lombok banyak yang rata dengan tanah. Jamaah kita ingin membantu bangun kembali masjid," tuturnya.
Ramadiana menambahkan sebelumnya di fase darurat bencana Lombok Agustus lalu, jamaah Masjid Agung Sunda Kelapa sudah mengirimkan bantuan pertama langsung ke Lombok.
"Ini fase pemulihan, kami berharap bisa membangun masjid yang serupa megahnya di Lombok, dengan nama yang sama yakni Masjid Sunda Kelapa - Lombok, Insya Allah," ungkapnya.*
Baca juga: 100 prajurit Marinir perkuat bantuan kemanusiaan Lombok
Baca juga: NTB surati BNPB percepat bantuan perbaikan rumah
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018