Studi yang hasilnya dipublikasikan pada Rabu (26/9) oleh University of South Australia menunjukkan ekstrak kulit mangga bisa mengurai racun dalam lumpur minyak melalui oksidasi, membersihkan tanah dari racun dan melarutkan besi.
Biruck Desalegn Yirsaw, ketua peneliti dalam proyek itu, mengatakan bahwa dia membuat nanopartikel menggunakan kulit mangga yang sudah dikeringkan, ditumbuk, direbus dan disaring, serta mencampurnya dengan klorida besi, dan berhasil menghilangkan 90 persen toksin dari pada tanah yang terkontaminasi racun.
Ekstrak itu juga membersihkan 99 persen kromium toksik pada air yang terkontaminasi, menghadirkan solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk mengatasi tumpahan minyak.
Tanah terkontaminasi saat ini ditangani menggunakan boron hidrida atau dibiarkan tercemar.
"Kulit mangga kaya senyawa bioaktif, sehingga masuk akal kalau besi nol valent dari kulit mangga bisa lebih ampuh untuk proses oksidasi," kata Yirsaw dalam siaran pers yang dikutip kantor berita Xinhua.
"Menurut temuan kami, partikel nano besi kulit mangga bekerja amat sangat bagus, bahkan lebih baik ketimbang kerja sintesis kimia dalam menghilangkan lebih banyak cemaran dalam lumpur minyak," katanya.
"Penelitian kami menggunakan limbah mangga, kulitnya, untuk menghadirkan solusi penanganan lumpur minyak yang terjangkau, berkelanjutan dan ramah lingkungan," katanya.
Dan sementara dunia terus bergantung secara ekonomi dan politik pada industri minyak sebagai sumber energi, ia melanjutkan, kerja untuk mengatasi dampak polusi minyak akan tetap menjadi isu yang serius dan berlanjut.
Asosiasi Industri Mangga Australia mendukung penggunaan produk itu, menyatakan bahwa itu "jelas mendukung pengembangan penggunaan hasil samping dari proses pengolahan mangga."
Baca juga:
Tumpahan minyak picu kebakaran di sumur minyak Aceh Timur
73,5 hektare tambak di Penajam tercemar tumpahan minyak
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018