Pakar nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang di Jakarta, dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS mengatakan langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
"Dimulai dengan obat-obatan, carbamazepin, obat kejang untuk menekan pengantaran listrik saraf. Minimal dosisnya 1X200 mg dan maksimal 6X200 mg," ujar dia di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kenali trigeminal neuralgia, nyeri wajah yang bisa picu depresi
Jika dosis obat sudah maksimal diberikan namun penderita tak juga merasa pulih, maka jalan bedah harus diambil.
"Kalau kelamaan berbahaya untuk ginjal, jantung dan kantong. Obat biasanya kalau derajat nyeri masih ringan. Kalau tidak bisa juga, jalan operasi harus diambil," kata dia.
Terdapat beberapa teknik pembedahan untuk trigeminal neuralgia, salah satunya dekompresi mikrovaskular. Prosedur ini menghilangkan pembuluh darah yang mengalami kontak atau menekan saraf trigemimal.
Dokter akan membuat sebuah lubang sayatan di bagian belakang telinga pada sisi wajah yang mengalami rasa sakit. Lewat lubang tersebut, dokter akan memindahkan pembuluh darah atau saraf dan menempatkan sebuah bantalan di antaranya.
Spesialis bedah saraf dari RSU Bunda, Dr. Heri Aminuddin, Sp.BS (K) mengungkapkan prosedur ini efektif menghilangkan rasa sakit. Namun ada risiko yakni penurunan fungsi pendengaran, wajah menjadi kendur dan mati rasa pada daerah wajah.
Selain itu, teknik bedah ini biasanya tidak disarankan pada mereka yang berusia lanjut.
Selain dekompresi mikrovaskular, ada juga terapi radiofrekuensi ablasi. Teknik ini mencapai keberhasilan terapi hingga 90 persen. Pasien bisa merogoh kocek Rp18 juta untuk mendapatkan terapi ini.
"Angka kekambuhan kurang dari 10 persen," tutur Heri.
Baca juga: Hipertensi bisa picu munculnya trigeminal neuralgia
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018