Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang mitranya Jumat pagi, mendekati tingkat tertinggi sembilan bulan terhadap mata uang lainnya, termasuk yen, setelah data optimis atas prospek ekonomi AS dan mendukung sinyal Federal Reserve untuk tetap menaikkan suku bunganya pada tahun depan."...investor AS membawa dana-dana kembali ke rumah untuk akhir bulan"
Produk domestik bruto AS tumbuh 4,2 persen dalam kuartal kedua, yang tercepat dalam hampir empat tahun, menurut data pemerintah pada Kamis (27/9). Laporan lain menunjukkan pesanan barang-barang tahan lama naik 4,5 persen pada Agustus, berbalik naik dari angka direvisi turun 1,2 persen bulan sebelumnya.
Dolar AS diperdagangkan pada 113,395 yen setelah menguat sekitar 0,6 persen semalam menjadi 113,47, tertinggi sejak Desember 2017.
Penurunan imbal hasil surat utang AS melambat karena adanya data positif, mendukung dolar AS. Imbal hasil telah menurun tajam setelah Federal Reserve memperketat kebijakan moneternya pada Rabu (26/9) dan tetap pada niatnya untuk menaikkan suku bunga pada kecepatan stabil.
"Reli luas oleh dolar AS juga telah dibantu oleh faktor musiman, karena bertepatan dengan investor AS membawa dana-dana kembali ke rumah untuk akhir bulan," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi valas senior di Daiwa Securities di Tokyo, seperti dikutip Reuters.
"Dolar terlihat berada di tempat untuk terus meningkat, khususnya terhadap yen, dengan KTT AS-Jepang berakhir untuk saat ini dan dengan
perbedaan suku bunga antara kedua negara berlanjut melebar."
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat pada Rabu (26/9) untuk memulai pembicaraan perdagangan dalam sebuah pengaturan. Saat ini untuk melindungi para pembuat mobil Jepang dari tarif lebih lanjut AS menjadi ancaman utama bagi ekonomi Jepang yang bergantung ekspor.
Euro berada sedikit di bawah level 1,1636 dolar AS, menguat setelah merosot hampir 0,9 persen semalam. Mata uang tunggal dilanda kekhawatiran seputar Italia yang sangat berutang atas penanganan anggarannya.
Italia pada Kamis (27/9) menetapkan target defisit anggarannya pada 2,4 persen dari produk domestik bruto untuk tiga tahun ke depan, melampaui Brussels yang telah mendorong defisit di bawah 2,0 persen.
Euro telah kehilangan lebih dari 0,9 persen minggu ini, setelah mundur dari angka tertinggi tiga setengah bulan di 1,1815 dolar AS yang tercapai pada Senin (24/9), setelah ketua Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengatakan dia melihat sebuah kenaikan kuat dalam inflasi zona euro.
Mata uang tunggal telah mengalami kecenderungan naik dalam beberapa pekan terakhir, didukung oleh data ekonomi Eropa yang umumnya kuat.
Pound sedikit berubah pada 1,3074 dolar AS setelah jatuh 0,7 persen semalam.
Franc Swiss berada di dekat terendah satu bulan 0,9782 per dolar AS, setelah semalam jatuh lebih dari satu persen.
Dolar Australia stabil pada 0,7205 dolar AS setelah melemah 0,7 persen pada Kamis (27/9).
Baca juga: Sesuai prediksi, dolar menguat setelah The Fed naikkan suku bunga
Baca juga: Bappenas: Indonesia fokus perbaiki defisit di tengah kenaikan The Fed
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018