Jakata (ANTARA News) - Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H Laoly mengakui bahwa pihaknya membiarkan sementara narapidana di wilayah terdampak gempa di Sulawesi Tengah berada di luar lembaga pemasyarakatan karena bangunan lapas hancur.Saat ini Yasonna membiarkan para napi mengurus keselamatannya masing-masing lebih dulu
"Kan kondisinya parah 'banget', roboh, yang di Donggala karena mereka dikunci, para napi marah karena takut gempa susulan terus-menerus, akhirnya dilepas. Banyak juga yang melapor kembali, tapi mau bagaimana lapasnya hancur begitu. Makanan juga harus kita sediakan," kata Yasonna di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) sore. Gempa tersebut mengakibatkan sedikitnya korban tewas 1.234 jiwa hingga Selasa (2/10) pukul 13.00 WBI. Sedangkan korban luka berat mencapai 799 orang, hilang 99 orang, tertimbun 152 orang dan 48.025 jiwa warga yang mengungsi dan tersebar di 103 titik.
"Jadi kondisinya sangat 'hectic', panik, mereka khawatir pada keluarganya. Jadi sementara karena alasan kemanusiaan dulu, lapasnya hancur, mau bagaimana? Tembok roboh, saat gempa susulan mereka khawatir tertimpa reruntuhan. Waktu gempa pertama kan retak, tembok semua roboh. Jadi persoalannya mereka concern pada keluarga, mereka concern pada dirinya sendiri," tambah Yasonna.
Namun menurut Yasonna banyak juga napi yang melapor lagi ke lapas.
"Banyak yang melapor lagi, tapi ada yang beberapa tempat dan ruang di Palu, ada yang bisa digeser ke situ. Di Donggala yang parah kan waktu di dalam dibakar sama mereka karena Kalapasnya agak 'concern', kalau dia lepas takut dimarahi. Padahal di dalam paniklah. Kalau kita dikunci di dalam goyang terus, ya keselamatan kita tidak terjamin," jelas Yasonna.
Sehingga menurut Yasonna saat ini ia membiarkan para narapi mengurus keselamatannya masing-masing lebih dulu.
"Dari data sampai seribuan di Donggala. Di Palu ada 400 atau 600, tapi mereka bagusnya sebagian ada yang melapor. Nanti urusan berikutnya, biar tenang semuanya, nanti bisa dicari lagi. Sekarang unsur keselamatan masing-masing dululah. Sekarang 'concern' mereka sama keluarga banyak yang korban kan dan diharapkan mereka terus membuat laporan," tambah Yasonna.
Yasonna pun membuka opsi memindahkan narapidana itu keluar Sulteng.
"Nanti kan terpaksa di luar dari Sulteng. Sekarang didata, Kakanwil me-mapping solusi. Sementara ini banyak di antara staf kita berperan membantu orang-orang di sana sampai bantuan dari Kemenkumham lewat laut dari Kalimantan Timur, staf kita dikirimkan ke Palu. Dirjen (Pemasyarakatan) hari kedua ke Palu dengan Hercules," jelas Yasonna.
Para tahanan dan narapidana yang kabur itu berasal dari Lapas Palu sebanyak 515 dari 581 narapidana sehingga tersisa 66 warga binaan, rutan Palu sebanyak 410 tahanan dari 463 tahanan sehingga tersisa 53.
Sedangkan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Perempuan (LPP) Palu sebanyak 75 narapidana dari 83 narapidana ditambah tiga bayi tersisa sembilan orang, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Palu 24 orang dari 29 narapidana sehingga tersisa lima warga binaan, dan Lapas Donggala sebanyak 342 narapidana kabur semua.
Baca juga: Kronologi narapidana Lapas Palu kabur akibat gempa
Baca juga: 1.420 narapidana kabur akibat gempa Donggala-Palu
Baca juga: Separuh penghuni Lapas Palu kabur saat gempa
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M. Arifin Siga
Copyright © ANTARA 2018