Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember turun 1,3 dolar AS atau 0,11 persen, menjadi ditutup pada 1.201,60 dolar AS per ounce.
Para analis mengatakan bahwa meningkatnya imbal hasil obligasi terus menarik investor dari emas, karena imbal hasil obligasi 10 tahun AS melompat hampir 3,2 persen, tingkat tertinggi dalam tujuh tahun.
Data ekonomi kuat terbaru juga meningkatkan kemungkinan Federal Reserve AS menaikkan suku bunganya pada Desember dan 2019, yang pada gilirannya memperkuat dolar AS.
Ketika dolar AS naik maka emas biasanya jatuh, karena membuat emas yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi para investor yang menggunakan mata uang lainnya.
Namun, penurunan tajam dalam ekuitas pada Kamis menahan kejatuhan emas karena Dow Jones Industrial Average turun 299,12 poin atau 1,11 persen pada pukul 17.28 GMT.
Ketika ekuitas membukukan kerugian, logam mulia biasanya naik, karena investor mencari aset-aset safe-haven seperti emas.
Dalam perkembangan lain, koalisi pemerintahan di Italia dilaporkan telah menetapkan target defisit anggaran yang lebih rendah sebesar 2,1 persen dari PDB untuk 2020 dan 1,8 persen dari PDB pada 2021, sampai taraf tertentu, menenangkan rasa takut para investor.
Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 8 sen AS atau 0,55 persen, menjadi ditutup pada 14,59 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari 2019 turun 11,20 dolar AS atau 1,34 persen, menjadi menetap di 824,50 dolar AS per ounce.
Baca juga: Kenaikan imbal hasil obligasi AS, picu pelemahan rupiah jadi Rp14.895
Baca juga: Wall Street menguat dipicu imbal hasil obligasi AS
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018