Safiat dan Abil Maulana yang masih duduk di taman kanak-kanak; serta Diva Azila, Reihan, ?Reisa Mubarak, Bintang Mahawira, Navila, Nazira dan Langit Shabilillah yang sudah masuk sekolah dasar ingin bisa belajar lagi di sekolah.
Demikian pula Galang Saputra, Riski, Nirmala, Nabila, Yeyeng, dan Rahmadani yang duduk di bangku sekolah menengah pertama; serta murid sekolah menengah atas seperti Puteri Lestari, Alamsyah, Eman, Ical dan Juliansyah.
Anak-anak asal Kelurahan Petobo yang saat ini mengungsi di Dusun Ranoropa, Desa Loru, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, tersebut belum punya seragam sekolah serta keperluan sekolah lain seperti sepatu, tas, buku, dan alat tulis.
Sebagian gedung sekolah tempat anak-anak biasa belajar di Petobo pun sudah tidak ada, ikut luluh lantak akibat gempa dan likuifaksi pada 28 September petang, yang menyapu bersih permukiman dan bangunan fasilitas umum di sana.
Hanya SD Inpres Petobo yang masih berdiri, namun bangunannya retak-retak dan dianggap tidak layak pakai.
Saat ini, karena belum bisa sekolah, anak-anak korban gempa mengisi waktu dengan bermain, saling kejar dan main air di tempat pengungsian yang berada sekitar 10 meter dari saluran irigasi kecil dengan air melimpah di Ranoropa.
Baca juga:
Mendikbud ajak siswa korban gempa segera kembali sekolah
Kemensos upayakan reunifikasi anak hilang saat bencana
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018