• Beranda
  • Berita
  • Sempat gantung raket, kini Dheva Anrimusthi penentu emas perdana Indonesia

Sempat gantung raket, kini Dheva Anrimusthi penentu emas perdana Indonesia

7 Oktober 2018 20:24 WIB
Sempat gantung raket, kini Dheva Anrimusthi penentu emas perdana Indonesia
Pebulu tangkis putra Indonesia Dheva Anrimusthi meluapkan kemenangan usai memenangkan pertandingan final beregu putra Asian Para Games 2018, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/10/2018). Indonesia meraih medali emas usai mengalahkan Malaysia 2 - 1. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Jakarta (ANTARA News) - Pesta olahraga multicabang bagi atlet penyandang disabilitas terbesar di Asia, Asian Para Games 2018, baru memasuki hari kedua penyelenggaraan ketika arena Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, menggelar perebutan medali emas perdana untuk cabang olahraga bulutangkis beregu putra.

Tuan rumah Indonesia, yang sukses menyingkirkan Thailand dari semifinal, menghadapi Malaysia yang melewati India di babak semifinal lainnya. Indonesia lebih dulu meraup poin pertandingan pertama lewat kemenangan tunggal putra pertama Fredy Setiawan yang mengalahkan Muhammad Nurhilmie dua gim langsung 21-6, 21-12.

Akan tetapi, Malaysia memberikan perlawanan sengit dan menyamakan kedudukan menjadi 1-1 seteah ganda putra mereka Cheah Liek Hou/Hoirul Fozi Saaba menaklukkan pasangan Hafizh Briliansyah Prawiranegara/Hary Susanto 21-10, 21-17.

Panggung penentuan medali emas perdana Asian Para Games 2018 digelar ketika laga tunggal putra kedua antara Dheva Anrimusthi dan Muhammad Faris Ahmad Azri.

Di hadapan publik Istora yang tentu saja lebih didominati sorak sorai "Indonesia! Indonesia!! Indonesia!!! Indonesia!!!" ketimbang, "Malaysia, Boleh!!", Dheva dengan tenang mengungguli Faris 11-1 di paruh awal pertandingan.

Dheva bahkan memperlihatkan aksi gemilang dalam keadaan tertekan setelah melakukan pengembalian tanggung di hadapan net, namun ia bisa menempatkan raketnya di posisi yang tepat demi menangkis pukulan Faris dan meraup poin tambahan untuknya sendiri.

Dheva terus melaju dan menempatkan pukulan-pukulan terarah yang kerap tak mampu dikembalikan Faris demi meraih gim pertama 21-6.

Memasuki gim kedua, pertandingan berlangsung lebih ketat di 20 poin pertama, dan Dheva "hanya" memperoleh keunggulan 11-9 di separuh awal. Kendati demikian, ketenangan Dheva berhasil mengantarkannya meraih gim kedua 21-12 sekaligus memastikan emas perdana Asian Para Games 2018 menjadi hak milik Indonesia.

"Kalau tegang sih pasti ada gitu ya, karena saya pingin benar-benar ngasih yang terbaik buat Indonesia. Blank aja gitu, tapi disadarin sama ofisial tim, akhirnya bisa balik lagi," aku Dheva dalam konferensi pers selepas pertandingan.


Kecelakaan, absen dan menekuni paralimpiade

Dheva, sebelumnya merintis karier dalam olahraga tepok bulu dan bergabung dengan sejumlah klub termasuk Chandra Wijaya International Badminton Center sebelum hijrah ke klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS) PLN Bandung.

Sayangnya, langkah Dheva di bulu tangkis menemui kerikil tajam ketika putra kelahiran Kuningan itu mengalami kecelakaan tunggal yang membuat cedera tangan kanannya, tangan yang selama ini ia ayunkan untuk menepok kok.

"Kecelakaan tunggal sepeda motor, di Kuningan. Jalan biasa saja sebetulnya, maklum anak muda," kata Dheva mengenang kejadian tersebut.

"Pas kecelakaan awalnya diagnosa di rumah sakit pertama biasa saja, tidak ada yang patah, tapi nggak tahu kenapa tangannya jadi begini. Kayaknya memang salah penanganan di awal," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Bulu tangkis beregu putra persembahkan emas pertama Indonesia

Kecelakaan itu memupus mimpi Dheva untuk membangun karier bulu tangkis, hingga ia menggantungkan raketnya sepanjang tiga tahun lamanya.

Selama absen dari lapangan, Dheva hanya menjalani kehidupan sebagai pelajar pada umumnya. Jauh dari raket, jauh dari kok.

Orang tua diakui Dheva menjadi salah satu pihak yang pertama kali menawari untuk mencoba karier sebagai atlet penyandang disabilitas.

"Pasti orang tua prihatin ya, mereka sempat menawarkan mau mencoba di paralimpik tidak. Saya memang sempat ada keinginan, tapi mungkin dari pihak orang tua ada rasa prihatin karena dulu saya ikut di bulu tangkis reguler," katanya.

"Dari situ saya kepikir nggak mau ngerepotin orang tua, barang kali saya di sini kalau mencoba bisa jadi juara," tutur Dheva menambahkan.

Pada Maret 2016, beberapa bulan menjelang berlangsungnya Pekan Paralimpik Nasional 2016 di Bandung, Jawa Barat, Dheva ditawari untuk memperkuat tim tuan rumah.

"Tiga tahun vakum adaptasi memang perlu ya, dari nyari feeling di lapangan, kemudian mukulnya juga awal kadang-kadang masih kagok," kata Dheva.

Baca juga: Peraih emas perdana berencana sumbangkan bonus kepada korban bencana Palu-Donggala

Namun kebulatan tekad dan semangat serta teknik-teknik dasar bulu tangkis yang sempat dienyamnya mengantarkan Dheva terpilih memperkuat Jawa Barat di Peparnas 2016.

Di ajang atlet penyandang disabilitas nasional itu, Dheva sukses meraih emas dalam nomor ganda putra Low 3 bersama Hafizh Briliansyah Prawiranegara.

Sejak itu, Dheva dilirik oleh Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia untuk membela Merah Putih di tingkat yang lebih tinggi. Tepat pada Januari 2017, Dheva diboyong ke markas NPC Indonesia di Surakarta, Jawa Tengah, untuk mempersiapkan diri mengikuti ASEAN Para Games 2017.

Di Kuala Lumpur, Malaysia, Dheva meraih satu medali emas dan satu perunggu. Untuk perunggu diraih Dheva setelah terhenti di semifinal nomor SU5, sedangkan emas dikantongi Dheva dari nomor ganda putra SU5 kembali berpasangan dengan Hafizh dalam sebuah All-Indonesian Final mengalahkan pasangan Indonesia lainnya Suryo Nugroho/Oddie Kurnia Dwi Listyanto.
 
Atlet bulu tangkis kelas SU5 Indonesia, Dheva Anrimusthi, memamerkan medali emas Asian Para Games 2018 yang diraihnya lewat nomor beregu putra di Istora GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (7/10/2018). (ANTARA News/Gilang Galiartha)


Tiga tahun mungkin waktu yang cukup lama untuk absen dari olahraga kecintaannya, namun pilihan Dheva untuk berani kembali menggenggam raket dan mengayunkannya memukul kok yang melayang-layang di udara membawa pemuda kelahiran 5 Desember 1998 itu membawanya berkalung medali demi medali.

"Memang dari kecil saya pingin jadi juara, entah bagaimana caranya. Mungkin jalan saya di sini," kata Dheva sembari menegaskan ia akan terus memberikan segenap kemampuan terbaiknya untuk membanggakan kedua orang tuanya dan tentunya Merah Putih.

Usai meraih emas perdana Indonesia lewat bulu tangkis nomor beregu putra, Dheva kini akan kembali turun ke lapangan dan mengayunkan raketnya bersaing di dua nomor perorangan yakni tunggal putra SU5 serta ganda putra SU5 melanjutkan kemitraan bertabur emas yang tengah dipupuknya bersama Hafizh dalam tiga tahun terakhir.

Selamat melanjutkan perjuangan, Dheva!

Baca juga: Ganda putra bulu tangkis SU5 ingin wujudkan All-Indonesian Final

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018