Palu (ANTARA News) - Yayasan kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengerahkan 23 tim medis untuk membantu pelayanan kesehatan dan perawatan para korban gempa Sulawesi Tengah, terutama yang berada di wilayah terisolir.Ada korban yang mengungsi di daerah pegunungan ...
Koordinator Tim Medis ACT dr. Muhammad Riedha Bambang MSc, sebagaimana dilaporkan Kontributor Kantor Berita Antara Muh Arsyandi di Palu, Selasa, menyebutkan setiap tim yang dikerahkan terdiri atas empat orang yakni dokter, perawat, bidan, dan apoteker, untuk fase tanggap darurat.
Setiap tim, katanya, dikerahkan ke lokasi yang terisolir dan sulit dijangkau.
Riedha menyebutkan terdapat beberapa lokasi yang terisolir dan sulit dijangkau yang hingga kini belum tersentuh layanan medis, seperti di beberapa desa di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala.
Selain itu juga berbagai desa di Kecamatan Dolo Selatan dan Kecamatan Kulawi, di Kabupaten Sigi.
Selain terisolir akibat gempa yang membuat akses jalan terputus, sejumlah lokasi tersebut sulit dijangkau, karena berada di dataran tinggi.
"Ada korban yang mengungsi di daerah pegunungan," katanya.
Untuk mencapai daerah terisolir itu, kata Riedha, ACT menggunakan peralatan dan kendaraan yang dapat menjangkau lokasi tersebut.
Sampai hari ke-11 setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,4 di Donggala dan gelombang tsunami di Palu pada Jumat (28/9), ACT sejak hari kedua gempa telah membuka posko utama di Jalan H Hayun Kota Palu dan sejumlah posko di Palu Timur, di Sigi, dan dua posko di Donggala.
Ratusan korban bencana tiap hari silih berganti berdatangan dan didatangi tim ACT untuk diberi tindakan medis sesegera mungkin.
Baca juga: ACT perlu 5.000 relawan untuk atasi dampak gempa di Sulawesi Tengah
Baca juga: ACT siapkan 1.000 relawan ke Sulteng
Pewarta: Muh Arsyandi dan Budi Setiawanto
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018