"Saya berharap apapun yang dihadapi anak-anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Provinsi dan kabupaten/kota, Satgas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ada Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak, ada pemerintah daerah, mereka harus melaporkan segera agar kita bisa segera berkoordinasi secepatnya bisa melayani anak-anak ini," kata Yohana usai mendatangi anak-anak pengungsi Petobo di Palu, Rabu.
Jadi, menurut dia, penanganan anak-anak dan perempuan sudah terstruktur. Bisa dilaporkan ke Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak.
"Siapapun yang membutuhkan pelayanan khusus, pendampingan psikologis, bisa melaporkan langsung," ujar dia.
Baca juga: Menteri: anak korban gempa diasuh keluarga dekat
Sebelumnya, Rasya (10), siswa Kelas 4 SDN 17 Banawa ditemui di Jalan Poros Donggala-Palu, Desa Loli, Kecamatan Banawa, Donggala, mengatakan sudah ada di jalanan sejak pukul 07.00 WITA hingga pukul 18.00 WITA untuk meminta bantuan bersama teman-temannya.
Menurut dia, kedua orang tua mengetahui kegiatan mereka meminta-minta bantuan di jalanan. Hingga saat ini dirinya juga belum mulai kembali ke sekolah, dan belum tahu kapan kembali belajar.
Dari pengakuan Rasya, dirinya bersama beberapa teman lainnya meminta bantuan karena makanan di rumah sudah habis.
Kegiatan meminta bantuan ini dilakukan Rasya, tepat di tepi pantai, di jalan Poros Donggala-Palu yang berdebu. Bantuan yang diperoleh, menurut Rasya, berupa uang antara Rp35.000 hingga Rp100.000 per hari, ditambah mi instan, kue kering, air mineral.
Baca juga: Pemerintah datangkan psikolog untuk anak-anak korban gempa
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018