Nusa Dua (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengatakan gelombang inovasi yang berkembang dengan pesat dalam beberapa waktu terakhir harus disikapi dengan ramah dan lembut, dengan ruang keamanan yang memungkinkan masyarakat untuk terus berinovasi."Kita nanti tidak hanya bisa tidak mengaturnya, tapi juga kehilangan potensinya"
"Seperti 25 tahun yang lalu, kita tidak boleh terburu-buru untuk regulasi ini, tapi kita harus biarkan mereka tumbuh lebih dulu. Jadi kita harus sikapi gelombang inovasi dengan regulasi yang lembut dan ruangan keamanan untuk inovasi masyarakat," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Seminar Bali Fintech Agenda di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Ia mengatakan inovasi mungkin saja gagal, tapi itulah eksperimen, dimana tanpa itu maka tidak akan ada inovasi.
Oleh karena itu, kata dia, akan sangat kontradiktif bila bicara inovasi tapi menghukum kegagalan secara berlebihan.
"Meski banyak regulasi lama, tapi penetrasi internet sudah sangat besar selama 25 tahun terakhir. Kapasitas bandwith sudah meningkat pesat, sekarang istilahnya semua hal jadi viral. Apa arti ini semua? Artinya, regulasi yang terlalu mengekang di tingkat nasional akan memaksa konsumer menuju ranah internet yang tidak teregulasi, akhirnya kita mendorong mereka semakin jauh dari ruang regulasi kita," katanya.
Sebagai regulator nasional yang ingin ia dapatkan adalah jika terlalu regulasi ketat di tingkat nasional, hal itu hanya mendorong kegiatan ekonomi menjauh dari ruang siber.
"Kita nanti tidak hanya bisa tidak mengaturnya, tapi juga kehilangan potensinya," katanya.
Di Indonesia kata dia, harus diakui masih banyak tugas untuk menyuarakan situasi ini dan kebutuhan pragmatis di dalam birokrasi. "Tapi saya yakin, kita bisa menolong semua dengan standar platform dunia," katanya.
Seiring dengan perkembangan fintech dan ekonomi digital yang begitu pesat, Presiden sendiri menyatakan ingin mengingatkan soal prinsip regulasi yang menjadikan internet begitu pesat pada ekonomi nasional sekitar 20 tahun lalu.
Ia mengatakan, internet lahir dengan diciptakan di AS, melaui browser modern, mozaik.
"Hal tersebut membuat era internet boom, dengan munculnya perusahaan Aol dan Yahoo. Yang membuat internet boom adalah keputusan regulasi yang sangat modern dari Bill Clinton," katanya.
Ia memaparkan pertama, regulasi yang ramah dan akuratif ini mencegah intervensi pemerintah yang terlalu berlebihan.
Kedua, memberi para kreator untuk menciptakan tanpa takut akan kewajiban sipil dan hukum apabila eksperimen mereka gagal.
Eksperimen meningkat kata dia, dan memberi dampak pada ekonomi dan fondasi dari internet yang digunakan saat ini.
"Kami telah menjalankan inovasi yang sistematis, dan internet boom saat ini sangat masuk ke fondasi ekonomi, termasuk metode pembayaran seperti PayPal, ApplePay, AliPay, WeChat, dan inovasi serupa yang telah mengubah cara hidup jutaan orang di dunia," katanya.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan the Bank Dunia (WB) bersama merilis paper untuk memandu pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk mengatasi persoalan teknologi keuangan atau yang dikenal dengan fintech. Rekomendasi itu disebut Bali Fintech Agenda yang terdiri dari 12 pertimbangan yang dapat digunakan oleh penyusun kebijakan terkait fintech.
Pemerintah Indonesia menjadi salah satu inisiator Bali Fintech dalam agenda pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Hasil dari Bali Fintech ini diharapkan akan dijadikan acuan pengembangan fintech tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Baca juga: IMF ingatkan ekonomi global belum cukup kuat
Baca juga: Cerah, prospek investasi jangka panjang Indonesia
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018