"Banyak yang tidak membelinya ke official desk tapi mereka beli paket di luar atau jalan-jalan sendiri," kata Ketua ASITA Bali Ketut Ardana di Nusa Dua Bali, Senin.
Ia meyakini banyak delegasi pertemuan IMF-WB yang ingin mengeksplorasi wisata Bali dan sekitarnya bahkan Indonesia secara umum. Jadi meskipun begitu banyak paket wisata yang ditawarkan tidak jarang mereka memilih melakukan kunjungan secara mandiri.
Menurut dia, hal itu tidak menjadi persoalan yang pasti kedatangan mereka ke Bali sudah cukup menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjaring mereka sebagai "repeater" turis yang akan datang lagi ke Indonesia.
"Kami sudah sepakat seperti itu, ASITA beserta anggota harus menyukseskan ajang ini, harus berjalan lancar agar tidak ada permasalahan apapun sebab dampaknya nanti kami yakin banyak yang akan kembali ke Bali setelah ini," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya dengan anggotanya yakni sebanyak 21 hotel resmi untuk acara tersebut menyambut baik ajang pertemuan itu dan menganggap adanya "branding value" yang sangat tinggi dari acara itu.
"Kami sendiri mendukung dengan menempatkan personel untuk memberikan informasi yang dibutuhkan delegasi, kemudian anggota kami juga menyediakan berbagai paket wisata yang dipromosikan melalui website www.indonesia.travel," katanya.
Pihaknya melihat acara tersebut bukan berarti mendatangkan manfaat seketika namun juga lebih ke arah branding pariwisata Indonesia untuk jangka yang lebih panjang. "Bukan berarti promo sekarang langsung dibeli tetapi bayangkan ke depan ini pasti akan memberikan dampak positif dimana ribuan orang dari 189 negara pasti akan menyuarakan Bali bahkan Indonesia secara umum, ini promosi yang sangat efektif," katanya.
Ia menekankan, industri dan para pelaku pariwisata khususnya di Bali melihat ajang pertemuan tersebut telah mampu mendatangkan dampak yang positif baik secara langsung maupun tidak bagi Bali khususnya dan Indonesia secara umum.
Baca juga: Asita siapkan tur desa wisata delegasi IMF
Baca juga: Pertemuan IMF-WB promosi wisata gratis Bali
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018