• Beranda
  • Berita
  • Elektabilitas PDIP naik karena Banteng Soekarnois "pulang kandang"

Elektabilitas PDIP naik karena Banteng Soekarnois "pulang kandang"

21 Oktober 2018 22:40 WIB
Elektabilitas PDIP naik karena Banteng Soekarnois "pulang kandang"
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto saat memberikan sambutan pada Pembukaan Rapat Koordinasi Daerah DPD PDI Perjuangan Bali, di Kantor DPD PDI Perjuangan Bali, Minggu (21/10/2018). (Istimewa)
Jakarta (ANTARA News) - Koordinator Gugus Tugas Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDI Perjuangan, Deddy Yevri Sitorus menilai naiknya elektabilitas PDI Perjuangan di survei internal dan analisia dari beberapa lembaga survei baru-baru ini lantaran Banteng Nasionalis-Soekarnois kembali berlabuh di kandang banteng.

Deddy dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu, mengatakan hal itu menunjukkan posisi PDI Perjuangan yang sangat kuat sebagai satu-satunya partai pewaris pemikiran Bung Karno. 
 
Menurut dia, persepsi ini merata di seluruh Indonesia dan menjadi magnet yang menyedot Banteng Nasionalis-Soekarnois kembali  berlabuh di kandang banteng.
 
"Dalam pemilu-pemilu sebelumnya, di era reformasi, masih diikuti begitu banyak Partai Soekarnois seperti PDP, PNI Marhaenisme, PNBK, Partai Pelopor dan lainnya. Namun Pemilu 2019 tinggal terkonsolidir satu kekuatan Banteng-Soekarnois yakni PDI Perjuangan. Dengan demikian, tingginya elektabilitas," kata Deddy dalam pemaparan acara Rakerda DPD PDI Perjuangan Bali, Minggu.
 
Menurut Caleg DPR RI nomor urut 1 dari Daerah Pemilihan Kalimantan Utara ini, survei itu juga menunjukkan bahwa posisi PDI Perjuangan masih tetap teratas dengan elektabilitas di kisaran 24,6 persen diikuti oleh Partai Gerindra dan Partai Golkar. 
 
Temuan lain yang cukup signifikan, menurut Deddy Sitorus, adalah migrasi pemilih dan "coat-tail effect" dari capres terhadap partai-partai. 
 
Survei menunjukkan bahwa Gerindra mendapatkan keuntungan terbesar dari "coat-tail effect" itu, sementara partai-partai koalisinya sama sekali tidak mendapatkan dampak yang signifikan dari efek capres. Bahkan, lanjut Deddy, terlihat bahwa Gerindra mampu menggerogoti Demokrat dan menarik dukungan dari Golkar mengingat kentalnya Prabowo dengan Orde Baru. 
 
Sementara di kubu koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin, PDI Perjuangan memang paling mendapatkan persepsi positif dari Jokowi mengingat kepemimpinan Jokowi sejak Walikota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, dan kini Presiden Indonesia memang teridentifikasi dengan PDI Perjuangan. Tetapi, PDI Perjuangan tidak menggerus suara partai-partai dalam koalisi sebagaimana terjadi di koalisi pendungung Capres Prabowo. 
 
"PDI Perjuangan menurut hasil survei lebih diuntungkan oleh merapatnya kembali pemilih Soekarno dan tambahan dukungan dari kelompok pemilih pemula atau yang sering disebut dengan kaum milenial dengan angka sekitar 34,8 persen," ucapnya. 
 
Hal lain yang menjadi temuan survei internal tersebut adalah migrasi pemilih PKS ke PAN dan tidak signifikannya partai-partai Cendana dalam merebut kursi karena kalah efektif dengan Gerindra yang dinilai hadir sebagai Neo-ordeBaru.
 
Dalam presentasi pemenangan pemilu di Rakorda DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali tersebut, Deddy juga menegaskan bahwa elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin semakin jauh meninggalkan pasangan Prabowo-Sandi. 
 
Survei yang diselenggarakan pasca heboh kasus hoaks Ratna Sarumpaet tersebut, kata Deddy, ternyata juga menyumbang sulitnya elektabilitas koalisi Gerindra untuk mengejar ketertinggalan.

Baca juga: Elektabilitas PDIP dan Golkar tertinggi menurut survei

Baca juga: Maruarar: elektabilitas PDIP tinggi tak lepas dari figur Megawati dan Jokowi

Baca juga: PDIP, Golkar, Gerindra masuk Divisi Utama partai menurut survei

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018