ITF bukan solusi akhir sampah DKI

24 Oktober 2018 21:25 WIB
ITF bukan solusi akhir sampah DKI
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Isnawa Adji. (Dokumen Pribadi)

ITF bukan solusi akhir, pertama satu fasilitas ITF paling cepat dua tahun rampung ...

Jakarta (ANTARA News) - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan fasilitas pengelolaan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF) yang rencana terdekatnya akan dibangun di Sunter, bukanlah solusi akhir permasalahan sampah di Jakarta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji saat dihubungi dari Jakarta, Rabu, mengatakan meski ITF bisa menjadi fasilitas pengurang beban sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, edukasi pada masyarakat harus tetap berjalan karena jumlah sampah yang pasti akan meningkat.

"ITF bukan solusi akhir, pertama satu fasilitas ITF paling cepat dua tahun rampung misal di Sunter mulai 2019 akan selesai 2021 dan volume sampah tersebut mungkin akan meningkat dari saat ini 7.250 ton per hari mungkin nanti bisa 8.500 ton per hari, karenanya butuh edukasi," kata Isnawa.

ITF di Sunter yang kemungkinan akan segera dibangun dengan peletakan batu pertama pada Desember 2018 diperkirakan sanggup mengolah sampah sebanyak 2.200 ton per hari.

Dengan demikian, kata Isnawa, untuk mengolah sekitar 5.300 ton sisanya, dibutuhkan tiga unit dengan kapasitas 2.000 ton atau lebih banyak lagi jika kapasitasnya lebih kecil, namun tetap dibutuhkan pengolahan sampah dari sumbernya.

"Tapi dengan seiring waktu volume sampah yang kemungkinan besar meningkat, kita semua harus berupaya pengurangan sampah di sumbernya dengan diolah sendiri oleh masyarakat dengan mengurangi sampah plastik, pemilahan hingga pembuatan bank sampah," katanya.

Fasilitas pengelolaan sampah ITF di Sunter diperkirakan akan menguragi beban TPST Bantar Gebang yang harus mengelola 7.000 ton sampah dari ibu kota setiap hari.

Fasilitas dengan biaya pembangunan triliunan rupiah ini, diperkirakan akan mampu menghasilkan listrik 35 megawatt dari pengolahan sampah sebanyak 2.200 ton per hari dengan pembakaran 800 derajat, yang direncanakan sebagai pemasukan daerah dengan kerja sama bersama PLN.

DKI Jakarta sendiri saat ini sedang mencari lokasi lahan lainnya untuk membangun fasilitas ITF lainnya dengan ketentuan harus berada di zona industri dengan luas minimal 3,5 hektar yang tidak bersengketa dan akses yang jauh dari pemukiman.

"Harapannya, jika sudah terealisasi semua dalam tiga hingga empat tahun ke depan Jakarta menjadi kota mandiri dalam pengelolaan sampah sejajar dengan Tokyo, Berlin dan New York," ucapnya.

Akan tetapi, Isnawa menegaskan Jakarta tetap membutuhkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang ke depannya, kendati fasilitas ITF untuk mengolah sampah ibu kota telah mencukupi.

"Karena dalam prosesnya di ITF itu akan ada sisa proses pembakaran (residu) sebesar 10 persen yang tidak bisa habis dan itu harus dibuang dan kemungkinan masih harus dibuang ke Bantar Gebang," tutur Isnawa menambahkan.

Baca juga: DKI-Fortum Finlandia segera bangun ITF Sunter
Baca juga: Biaya pembangunan ITF Sunter diperkirakan triliunan rupiah


 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018