Yogyakarta (ANTARA News) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) mendirikan Akademi Relawan Indonesia di Dusun Kemput, Desa Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, guna meningkatkan kualitas dan profesionalitas para relawan.diharapkan dapat membentuk relawan yang siap terjun ke masyarakat
Akademi Relawan Indonesia (ARI) yang akan menjadi pusat pelatihan atau `training center` kerelawanan itu diluncurkan pada Minggu, setelah selama beberapa hari sebelumnya dilaksanakan pendidikan dan pelatihan dasar (Diklatsar) terhadap para relawan ACT dan MRI.
Kepala ARI Andri Perdana mengatakan, potensi bencana yang terdapat di wilayah DIY yang meliputi gempa bumi, erupsi Gunung Merapi, banjir, kekeringan, angin puting beliung, kebakaran dan lainnya itu menjadi dasar pembentukan ARI di daerah tersebut.
"Melalui ide dari sana, relawan perlu mempelajari dan mempersiapkan segala bentuk mitigasi kebencanaan," katanya di sela peluncuran pusat pelatihan kerelawanan itu.
Menurut dia, dengan mendapat pembelajaran dari akademi itu, diharapkan relawan bisa memiliki semangat persatuan, kepemudaan, dan kepahlawanan yang hadir dalam aksi kemanusiaan yang saat ini makin dibutuhkan masyarakat.
"Kami berharap masyarakat yang berada di sekitar ARI maupun seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan manfaat ARI," katanya.
Sementara itu, Vice President Volunteer Network Development Ibnu Fajar mengatakan, keberadaan ARI merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas relawan yang akan terjun ke berbagai persoalan kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, kata dia, akademi relawan itu juga menjadi pusat pembelajaran relawan untuk menjadi relawan yang bisa memberikan solusi bagi persoalan umum di masyarakat, sehingga relawan ACT dapat menurunkan pengalamannya kepada relawan.
Ibnu mengatakan, pendidikan di ARI dibagi dalam tiga tahapan, yakni, Pendidikan Dasar (Diksar), Pendidikan Menengah (Dikmen) dan Pendidikan Khusus (Diksus), dan untuk konsep pelaksanaannya akan dibagi dalam beberapa periode.
"Untuk Diksar dilakukan setiap bulan sekali, Dikmen tiga bulan sekali, kemudian Diksus enam bulan sekali. Sehingga setiap tahunnya ARI akan melahirkan sekitar 1.200 orang lulusan Diksar, 400 orang Dikmen, dan 100 Diksus," katanya.
Menurut dia, setiap pendidikan akan berperan di tingkatan profesional masing-masing, misalnya Diksar untuk menjadi implementator, Dikmen menjadi komandan posko wilayah, kemudian Diksus menjadi komandan posko induk.
"Dari ARI ini diharapkan dapat membentuk relawan yang siap terjun ke masyarakat sekaligus melakukan pendampingan," katanya.
Baca juga: ACT perlu 5.000 relawan untuk atasi dampak gempa di Sulawesi Tengah
Baca juga: Kiprah ACT di medan bencana tuai pujian
Baca juga: ACT mulai bangun 1.000 hunian untuk korban gempa
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018