• Beranda
  • Berita
  • Pakar: merkuri kualitas terbaik dunia dari Pulau Seram

Pakar: merkuri kualitas terbaik dunia dari Pulau Seram

30 Oktober 2018 06:37 WIB
Pakar: merkuri kualitas terbaik dunia dari Pulau Seram
Sidang Paripurna DPR Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar (kanan) menyerahkan laporan pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang konvensi minamata mengenai merkuri kepada pimpinan sidang paripurna DPR Agus Hermanto (kedua kiri), Taufik Kurniawan (kiri) dan Fadli Zon (kanan) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/9/2017). Selain pengambilan keputusan terkait konvensi minamata, sidang paripurna mengagendakan pengambilan keputusan tentang perubahan Prolegnas RUU prioritas 2017 dan pengesahan perpanjangan waktu pembahasan RUU tindak pidana terorisme. (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Kualitas merkuri asal Pulau Seram ini nomor satu, dan seluruh negara di dunia bersepakat supaya tidak terjadi penggunaan merkuri di penambangan ilegal maka harganya mesti dinaikkan sepuluh kali lipat di pasaran

Ambon, (ANTARA News) - Pakar kimia dan lingkungan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Dr Justinus Male mengatakan, Indonesia merupakan pemasok merkuri dengan kualitas terbaik di dunia, yang bahan bakunya berupa batu atau pasir cinnabar dari Pulau Seram, Provinsi Maluku

"Kualitas merkuri asal Pulau Seram ini nomor satu, dan seluruh negara di dunia bersepakat supaya tidak terjadi penggunaan merkuri di penambangan ilegal maka harganya mesti dinaikkan sepuluh kali lipat di pasaran," kata Justinus di Ambon, Senin.

Namun, kata dia, fakta di lapangan, khususnya di Indonesia berkata lain, di mana harga jual merkuri justru turun sepuluh kali lipat karena "banjir" bahan baku batu atau pasir cinnabar dari Pulau Seram, khususnya di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Data tersebut, katanya,  didasarkan pada jurnal seorang peneliti asal Kanada yang dikirimkan kepada Justinus Male saat berada di Australia.

Menurut dia, sampai saat ini juga belum ada data resmi dari Dinas ESDM Maluku tentang berapa besar konsentrat cinnabar yang terkandung di Gunung Tembaga, Kabupaten Seram Bagian Barat.

"Saya bersama rekan peneliti dari Australia pernah mengambil sampel pada 18 titik, mulai dari Desa Waeputi di Kabupaten Seram Bagian Barat, tetapi belum mengambil sampel ikan di Piru, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Barat untuk memastikan apakah sudah tercemar bahan beracun dan berbahaya, sebab ikan tersebut juga yang masuk ke pasaran Ambon" ujarnya.

Ia mengatakan kepedulian pemerintah daerah terhadap masalah lingkungan yang tercemar juga belum ada karena tidak pernah ada alokasi anggaran daerah untuk mendukung penelitian.

"Berbeda dengan Jepang misalnya membentuk badan institut nasional yang khusus menangani masalah Minamata, dan saya sudah kontak dengan penelitinya agar saya ke sana tetapi dia takut karena 'basic'-nya bukan orang kimia," kata Justinus.

Baca juga: Konvensi Minamata akan diteken 10 Oktober
Baca juga: Indonesia tandatangani konvensi minamata tanggulangi dampak merkuri


Sebaliknya ketika diundang ke Ambon, yang bersangkutan juga mengaku tidak mempunyai dana.

Minamata adalah kota yang terletak di Prefektur Kumamoto, Jepang.
 

Bila ada keseriusan pemda dengan melakukan kunjungan ke Kota minamata, kata dia, tentunya akan bisa melihat dampak negatif dari penggunaan bahan kimia beracun untuk penambangan emas seperti apa di sana.

Melimpahnya bahan baku merkuri di Kabupaten Seram Bagian Barat membuat warga setempat beramai-ramai melakukan penambangan, sedangkan para pembelinya kebanyakan dari luar daerah seperti Jakarta, Surabaya, Pangkalpinang, dan Makassar.
 

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018