Jakarta (ANTARA News) - Menteri Ekonomi dan Energi Republik Federal Jerman Peter Altmaier menemui Presiden Joko Widodo untuk belajar dari Indonesia khususnya terkait usaha rintisan dan bisnis daring yang lebih berorientasi pada konsumen.Ya industri Jerman dan korporasi Jerman harus belajar bagaimana membuat platform yang seru dan asyik untuk bisa menjangkau konsumen
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Thomas Lembong setelah mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan yang digelar di Istana Merdeka Jakarta, Kamis, mengatakan industri dan korporasi Jerman ingin belajar membuat platform yang lebih berorientasi pada konsumen.
"Ya industri Jerman dan korporasi Jerman harus belajar bagaimana membuat platform yang seru dan asyik untuk bisa menjangkau konsumen," katanya.
Thomas Lembong mengaku sangat akrab dengan budaya Jerman sehingga paham betul perkembangan industri di negara itu sejak kecil.
"Kebetulan saya waktu masih anak kecil, gedenya di Jerman. Saya masih (ber)-bahasa Jerman sama ibu saya, kakak saya di rumah. Jadi saya kebetulan kenal sekali budaya Jerman," katanya.
Hal itulah salah satu yang melatari ia diminta Presiden Jokowi untuk mendampinginya saat bertemu dengan Menteri Altmaier.
Menurut Lembong, budaya mereka sangat serius, sangat tepat waktu, sangat lurus dan disiplin.
"Tapi mungkin kurang asyik, kurang seru, kurang luwes. Jadi pantas saja kita kuat dengan konsumen dan bisa bikin asyik, bisa bikin seru, kita punya humor. Mereka sangat serius," katanya.
Jerman pada kesempatan itu ingin belajar dari Indonesia dalam menata industri dan produksi yang lebih berorientasi pada konsumen. "Mengurus mesin itu sangat jago. Nah ini kita bisa saling melengkapi," katanya.
Selama ini, kata dia, harus diakui Jerman sangat kuat di bidang industri, otomotif dan juga teknik mesin.
Lembong menambahkan dalam pertemuan itu juga sempat dibahas banyak hal mengenai revolusi industri 4.0.
Menteri Peter Altmaier sendiri mengakui Jerman sangat kuat di industrial internet atau B to B, dari korporat ke kororat namun masih lemah di tingkat B to C atau "business to consumer". "Sementara kita kuat di B to C, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka itu semua B to C. Kalau Jerman B to B," katanya.
Menurut Lembong, dari sisi itu kedua negara dapat bekerja sama untuk saling mengisi. "Jadi itu contoh dimana kekuatan kita masing-masing saling mengisi. Saling melengkapi," katanya.
Baca juga: Menlu RI kunjungi Jerman bahas penguatan kemitraan ekonomi
Baca juga: Indonesia adopsi standar kompetensi kejuruan Jerman
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018