• Beranda
  • Berita
  • Din Syamsuddin sampaikan kelemahan Islam Timur Tengah di Doha

Din Syamsuddin sampaikan kelemahan Islam Timur Tengah di Doha

1 November 2018 20:35 WIB
Din Syamsuddin sampaikan kelemahan Islam Timur Tengah di Doha
Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin berbicara di Konferensi "Enriching the Middle East's Economic Future" di Qatar akhir Selasa-Rabu (30-31/10/2018). (Istimewa)
Jakarta  (ANTARA News) - Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin menyampaikan kelemahan Islam di Timur Tengah saat berbicara dalam konferensi di Doha, Qatar.

 Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, Din menjawab pertanyaan mengenai persoalan Islam di Timteng ketika menjadi pembicara di Konferensi Enriching the Middle East's Economic Future pada 30-31 Oktober 2018.

 Menurut dia, keberagamaan umat Islam di Timur Tengah berkutat pada keyakinan dan peribadatan, tapi belum menjadi paradigma etika.

 Diakuinya juga, agama, khususnya Islam, berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Timteng tapi belum maksimal diperankan  sebagai faktor pendorong ekonomi.

 Islam di Timteng, kata dia, belum ditampilkan sebagai sumber etika pembangunan ekonomi, sebagaimana etika Protestan yang mendorong kemajuan Eropa dan etika Konghucu ditengarai menjadi faktor pendorong kebangkitan China dan Asia Timur. 

 Umat Islam, kata dia, juga belum berhasil meraih supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti di masa lalu pada abad-abad pertengahan yang membawa dunia Islam (oleh Arab dan Persia) menjadi pemegang supremasi peradaban dunia.

 Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, lanjut dia, maka mustahil umat Islam meraih kemajuan.

Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia mengatakan negara-negara Arab terjebak pada egosentrisme primordial etnik kesukuan sehingga kurang mampu menampilkan Islam sebagai faktor pemersatu di antara mereka.

 Guru Besar Politik Islam Global di FISIP dan Program Pascasarjana UIN Jakarta itu meminta masyarakat global khususnya Barat  tidak menjadikan kondisi tersebut sebagai sasaran Proxy War (perang dengan menggunakan pihak ketiga) dan membuatnya jadi ladang perang saudara.

 Karena, kata dia, konflik di Timteng membawa efek pada dunia Islam dan dunia pada umumnya.  

Baca juga: MUI minta masyarakat utamakan persaudaraan Islam dalam Pemilu 2019
Baca juga: KTT OKI - Indonesia diyakini dapat tingkatkan kesatuan negara-negara Islam
 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018