"Kalau kita bicara politik orang bilang kotor, dengan adanya keberadaan perempuan maka politik jadi lebih punya hati, cantik dan lembut," ujar Arzeti saat wawancara khusus dengan Antara di Wisma Antara, Jakarta, Senin.
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa mau tidak mau tugas para politisi perempuan, termasuk dirinya, harus bisa menggiring opini tersebut secara perlahan-lahan, tidak bisa sekaligus.
"Dengan keberadaan perempuan-perempuan ini tentunya akan menggiring opini ke arah sana, Insyaallah walaupun butuh waktu," kata Arzeti.
Selain itu anggota legislatif asal Partai Kebangkitan Bangsa tersebut juga merasa prihatin dengan kampanye-kampanye saat ini yang dianggapnya mengerikan dan membodohi anak-anak bangsa.
"Kadang-kadang orang itu menggiring masyarakat untuk membaca perkataan- perkataan yang membuat anak-anak kita menjadi bodoh. Imajinasi mereka lewat kosakatanya tersebut tidak menjadi pintar, namun malah ada kata-kata yang mengerikan, sedih dan prihatin," tuturnya.
Arzeti sendiri senang pada zaman saat informasi tidak liar dan semrawut seperti sekarang.
"Saya senangnya masih ada media yang tidak membumbui (informasi) serta membikin masyarakat menjadi bodoh, saya sangat suka," ujarnya.
Arzeti Bilbina merupakan anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa daerah pemilihan Jawa Timur I, yang bertugas di Komisi X yang membidangi Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda, Olahraga dan Perpustakaan.
Kendati masih menyandang status sebagai selebriti, Arzeti mengakui bahwa saat ini ia ingin berfokus terlebih dahulu kepada tugasnya sebagai anggota parlemen di Senayan.
Di tengah padatnya kesibukan aktivitas sebagai anggota legislatif, Arzeti tidak melupakan untuk menjalani salah satu hobinya yakni berolahraga.
"Hobi saya adalah olahraga dan perawatan, masih bisa dilakukan, ujar Arzeti.
Baca juga: Kerja nyata jadi modal Arzeti Bilbina kembali nyaleg
Baca juga: Meski sibuk, Arzeti tak pernah tinggalkan olahraga
Baca juga: Arzetty Bilbina geram kepada pelaku pelecehan anak-anak
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
