"Saya kurang begitu yakin kongres akan menghasilkan rekomendasi signifikan yang akan berdampak pada pemajuan kebudayaan," ujar Acep di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, yang terpenting dalam pemajuan kebudayaan adalah kebijakan politik. Salah satu caranya, ia mencontohkan, bagaimana kebudayaan bisa menjadi salah satu tema dalam debat capres dan cawapres.
Sehingga pasangan capres dan cawapres tersebut bisa mengeluarkan konsep, strategi, dan janji untuk memajukan kebudayaan dan menjadikan kebudayaan sebagai salah satu basis pembangunan manusia Indonesia yang berkarakter.
Sementara itu, budayawan Mohammad Sobary mengatakan kongres harus membahas arah perjalanan bangsa ke depan baik jangka panjang dan menengah.
"Arah perjalanan itu isinya minimal mencakup kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa kita belum pernah berjalan di atas kebijakan ini. Sistem pendidikan dirumuskan di tingkat bawah, paling tinggi di tingkat menteri tanpa kiblat atau rujukan pada kebijakan yang lebih tinggi atau pada tingkat kebijakan negara," jelas Sobary.
Menurut Sobary, untuk menentukan perjalanan bangsa ke depan, terutama di bidang budaya jangan hanya dikerjakan oleh pusat kurikulum saja karena tidak akan menjawab semua kebutuhan itu.
"Kongres ini harus merumuskan tugas besar itu. Semua harus dilibatkan, tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat," tambah Sobary lagi.
Kongres itu, kata Sobary, harus bisa memberikan kontribusi untuk menjawab kebutuhan bangsa yang belum dirumuskan tersebut.
Peserta kongres haruslah orang-orang hebat yang mampu merumuskan pemikiran atau paling tidak menjawab kebutuhan tentang kebijakan pendidikan, kebudayaan dan teknologi dan dijadikan kiblat pendidikan nasional.
Baca juga: Kongres Kebudayaan dinilai jangan sekedar formalitas
Baca juga: DKI akan gelar kongres kebudayaan Betawi
Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018