Jakarta (ANTARA News) - Laporan survei HSBC Navigator menyebutkan perusahaan-perusahaan di kawasan Asia Tenggara memiliki prospek perdagangan paling menjanjikan meskipun ada kekhawatiran mengenai proteksionisme.Perusahaan-perusahaan ASEAN optimistis melihat prospek bisnis mereka dan memperkirakan peningkatan proteksionisme di masa mendatang
"Perusahaan-perusahaan ASEAN optimistis melihat prospek bisnis mereka dan memperkirakan peningkatan proteksionisme di masa mendatang," kata Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Sumit Dutta, melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Temuan tersebut terangkum dalam survei global HSBC Navigator. Di Asia Tenggara, HSBC Navigator melibatkan lebih dari 1.000 responden dari Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Vietnam.
HSBC Navigator menyebutkan bahwa ASEAN merupakan salah satu kawasan yang memiliki tingkat optimisme tertinggi terhadap prospek perdagangan dan aktivitas komersial, walaupun banyak perusahaan melihat peningkatan sentimen proteksionisme.
Baca juga: Survei HSBC: Perusahaan Indonesia lebih optimistis terhadap perdagangan jangka pendek
Sebanyak 86 persen perusahaan ASEAN memiliki optimisme mengenai prospek perdagangan luar negeri melebihi blok perdagangan lainnya, serta lebih tinggi dari rata-rata global (77 persen).
HSBC Navigator juga mencatat 76 persen pelaku bisnis di ASEAN percaya bahwa banyak negara menjadi lebih proteksionis di pasar ekspor utama. Angka itu jauh lebih tinggi daripada rata-rata global 63 persen.
Survei HSBC menyoroti bahwa China dan AS menjadi fokus kebijakan proteksionis, dengan tidak menutup kemungkinan adanya dampak tidak langsung bagi ASEAN mengingat tingkat ekspor yang tinggi ke kedua negara tersebut.
Pada saat yang sama, laporan tersebut menemukan bahwa perang tarif mampu membuka peluang bagi pasar ASEAN di berbagai bidang seperti elektronik, tekstil dan otomotif.
Dengan harapan lebih banyak produksi mengarah ke kawasan ASEAN, perusahaan melakukan investasi pada teknologi rantai pasokan, sehingga ketegangan perdagangan global dapat dilihat sebagai peluang ketimbang ancaman.
Dutta menjelaskan bahwa pergeseran kegiatan produksi ke ASEAN akan menjadi kelanjutan dari tren yang sudah terjadi. Ketegangan hubungan perdagangan mungkin akan mempercepat tren ini dalam jangka pendek.
"Ini akan memengaruhi secara positif negara-negara yang memiliki kapasitas produksi, seperti Filipina dan Vietnam. Jika ketegangan perdagangan berlangsung lama, Thailand, Malaysia, dan Vietnam akan menikmati keuntungan selektif dari pengalihan ekspor," ujar dia.
Baca juga: Indonesia berkontribusi 35 persen PDB ASEAN
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018