• Beranda
  • Berita
  • Pembangunan penahan tebing di Trenggalek terkendala hujan

Pembangunan penahan tebing di Trenggalek terkendala hujan

11 November 2018 22:38 WIB
Pembangunan penahan tebing  di Trenggalek terkendala hujan
Sejumlah kendaraan melintas di ruas jalan raya Ponorogo-Trenggalek Km 32 yang rusak parah akibat longsor di Desa Pangkal, Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (16/6/2018). Memasuki H+1 arus balik kendaraan pemudik terpantau mulai meningkat di jalur selatan Jatim via Tulungagung-Trenggalek-Ponorogo-Wonogiri/Madiun meski kondisi infrastruktur sempit dan sebagian ruas rusak parah terdampak longsor/tanah ambles. (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)
Trenggalek (ANTARA News) - Pembangunan tembok penahan tebing di beberapa ruas jalur Trenggalek-Ponorogo, Jawa Timur saat ini dilaporkan tersendat karena kendala hujan yang memicu serangkaian peristiwa longsor dan struktur beton yang tak kunjung mengering.

"Semoga beberapa hari ke depan ada panas sehingga bangunan cepat kering," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ruas jalur Trenggalek, Ponorogo, dan Pacitan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII Jawa Timur, Ramlan di Trenggalek, Minggu.

Kendati pengerjaan terus dilakukan, dia tidak yakin kemajuannya bisa optimal.

Apalagi kondisi tebing di jalur antarkota itu kini sangat rawan terjadi pergerakan tanah yang bisa berujung longsor.

"Itu sebabnya kami membangun tembok penahan tebing itu yang pengerjaan pembangunan ini terdiri dari empat paket, dengan tujuan agar longsor tidak langsung mengenai jalan raya apalagi mengenai warga/pengendara yang mungkin sedang melintas," katanya.

Dikatakan, struktur lapisan tanah pada tebing di jalan raya Trenggalek-Ponorogo Km-16 jalan itu terdiri dari batu dan pasir.

Akibatnya, kata Ramlan, tidak ada posisi yang mengikat pada daerah tersebut, sehingga diprediksi sangat mudah longsor.

Dia melanjutkan dari empat yang meliputi Km-16, Km-17, Km-18, dan satu lokasi di wilayah Kabupaten Ponorogo, berdasarkan studi "detail engineering design" (DED) oleh ahli geologi, lokasi yang paling berbahaya adalah di KM 16.

Hal itu dibuktikan dengan tebing yang mudah sekali longsor, seperti yang baru saja terjadi akir-akir ini.

"Makanya sebelum memulai pengerjaan kami diwanti-wanti oleh ahli geologi yang melakukan DED untuk berhati-hati ketika mengerjakan di Km-16," katanya.

Ramlan mengatakan, di tengah tingginya intensitas curah hujan yang mulai mengguyur Trenggalek pasca kemarau, BBPJN terus berupaya secepatnya menyelesaikan pembangunan tembok tersebut.

Baca juga: Warga dilarang beraktivitas di sekitar longsor Trenggalek

Diharapkan proses pembangunannya yang saat ini masih setinggi lima meter bisa selesai akhir bulan ini.

Mengingat ketika pekerja akan melakukan pengecoran satu meter tambahan, urung dilakukan mengingat hujan terus turun.

Sedangkan untuk targetnya tembok penahan tebing tersebut akan dipasang setinggi tujuh meter.

Diharapkan dengan adanya tembok penahan tebing setinggi tujuh meter di lokasi itu, bisa meminimalisir potensi longsor.

Sebab di wilayah tersebut kerap terjadi longsor khususnya ketika memasuki musim penghujan.

Diduga struktur tanah vulkanik muda dan gundulnya di tebing itu disinyalir menjadi pemicu sehingga di lokasi itu rawan terjadi longsor.

"Kami sudah melakukan penghitungan, dan dengan tembok penahan tebing itu jika terjadi longsor tidak sampai turun kejalan. Selain itu rencana kedepannya akan ada pengadaan alat berat untuk mengambil material longsor dibalik tembok penahan tebing," katanya. 

Baca juga: BNPB sudah antisipasi peralihan musim kemarau-penghujan

Baca juga: Jalan nasional Ponorogo-Trenggalek longsor

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018