• Beranda
  • Berita
  • Pembangunan huntara korban bencana masih membutuhkan lahan

Pembangunan huntara korban bencana masih membutuhkan lahan

13 November 2018 11:28 WIB
Pembangunan huntara korban bencana masih membutuhkan lahan
HUNTARA KEMENTERIAN PUPR Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (12/11/2018). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun 1.200 unit Huntara bagi korban gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala, yang ditargetkan telah dapat dihuni pada Desember atau sebelum Natal tahun ini. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/ama. (ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI)

Data pada pusat data dan informasi kebencanaan (Pusdatin) Pemprov Sulteng mencatat kebutuhan huntara untuk korban bencana Palu, Sigi dan Donggala adalah Kota Palu 7.500 bilik, Kabupaten Sigi 7.944 bilik dan Kabupaten Donggala 4.742 bilik.

Palu (ANTARA News) - Pembangunan hunian sementara (huntara)  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk para korban bencana alam di Palu, Sigi, dan Donggala, masih membutuhkan lahan seluas 13 hektare untuk pembangunan 400-an unit lagi.

Selain kekurangan lahan, kata Kepala Satgas Kementerian PUPR untuk tanggap darurat bencana di Sulteng, Arie Setiadi yang dihubungi di Palu, Selasa, masalah lain yang dihadapi adalah lahan-lahan yang disediakan belum sepenuhnya `steril` untuk huntara Kementerian PUPR.

Menurut dia, pihaknya telah mendapat alokasi lahan untuk pembangunan huntara pada 48 titik yang tersebar di Kota Palu 21 titik, Sigi 18 titik dan Donggala sembilan titik.

"Namun ketika kami akan masuk untuk penyiapan lahan, ternyata beberapa lokasi telah dimasuki masyarakat dan lembaga-lembaga donor untuk membangun hunian juga," ujar mantan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR itu.

Kekurangan lahan pembangunan huntara ini, kata Arie, sudah dibahas dalam rapat khusus yang dipimpin Gubenrur Sulawesi Tengah Longki Djanggola di rumah jabatan gubernur pada Jumat (9/11) malam dihadiri Wali Kota Palu, Bupati Sigi, Bupati Donggala dan sejumlah pimpinan instansi terkait.

"Dalam rapat itu, sudah dipetakan lahan-lahan yang akan dilalokasikan untuk pembangunan huntara PUPR. Sekarang dalam proses dan diharapkan bisa teralokasi dalam waktu dekat sehingga target pembangunan huntara bisa selesai pada 25 Desember 2018.

Hingga Sabtu (10/11), kata Arie, sudah 506 unit huntara yang diselesaikan pembangunannya dari target 1.200 unit.

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola saat memimpin rapat percepatan pembangunan huntara di kediaman dinasnya Jumat (9/11) meminta agar Satgas Kemnterian PUPR membangun komunikasi yang intensif degan wali kota dan bupati setempat yang akan menjadi lokasi pembangunan huntara agar semua kendala di lapangan bisa segera diselesaikan.

Gubernur juga menyampaikan bilamana ada bantuan dari lembaga non-pemerintah untuk membangun huntara pada lokasi tanah masyarakat yang rumahnya

Data pada pusat data dan informasi kebencanaan (Pusdatin) Pemprov Sulteng mencatat kebutuhan huntara untuk korban bencana Palu, Sigi dan Donggala adalah Kota Palu 7.500 bilik, Kabupaten Sigi 7.944 bilik dan Kabupaten Donggala 4.742 bilik.

Semetara itu Staf Ahli Menteri PUPR bidang Komunikasi Rudy Novrianto menjelaskan bahwa pembangunan 1.200 unit huntara juga melibatkan pengusaha lokal melalui Gabungan Pelaksana Konstruksi (Gapensi) Sulteng untuk memberdayakan pengusaha dan tenaga kerja lokal.

Dari 1.200 unit yang akan dibangun hingga 25 Desember 2018, hanya 850 unit yang ditangani langsung Kementerian PUPR sementara selebihnya diserahkan kepada Gapensi Sulteng.

Huntara-huntara itu bernilai sekitar Rp500 juta/unit. Setiap huntara terdiri atas 12 bilik berukuran 18 meter persegi, dibangun dengan rangka baja ringan, dindin dan plafon berbahan GRC, atap seng, lantai papan.

Bangunan ini akan dilengkapi sanitasi, dapur umum, tempat parkir, sarana air bersih, listrik 450 watt perbilik serta sekolah TK dan SD.

Baca juga: Korban gempa-likuifaksi Petobo tempati huntara Desember

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2018