Mengenal kasus ginjal pada anak

13 November 2018 14:35 WIB
Mengenal kasus ginjal pada anak
Ilustrasi ginjal (Shutterstock)
Jakarta (ANTARA News) – Umumnya gangguan ginjal dialami kalangan dewasa, namun kenyataannya anak-anak pun dapat mengalami gangguan tersebut.

Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eka Laksmi Hidayati, Sp.A (K) mengatakan mendapatkan pasien gangguan ginjal berusia 3 bulan. 

Kasus di Indonesia, sambung dr. Eka, berdasarkan data dari 14 RS Pendidikan dengan Konsultan Nefrologi Anak tahun 2017 adalah 212 anak mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi pengganti ginjal. Angka kematiannya mencapai 23,6 persen. 

“Sedangkan insiden gangguan ginjal tahun 2007-2009 di RSCM adalah 150 anak mengalami gangguan ginjal kronik,” kata Eka Laksmi Hidayati Staf Divisi Nefrologi - Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM saat berbincang dalam acara “Kenali Gangguan Ginjal pada Anak” di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan,“Penanganan ginjal dengan transplantasi ginjal di RSCM tahun 2017 hingga 2018 adalah 12 pasien, 11 pasien ditangani di RSCM dan 1 di RS Saiful Anwar Malang. Delapan dari living related donor dan empat dari living unrelated donor.” 

Dokter Eka menyebutkan bahwa penyebab terbanyak adalah sindrom nefrotik resisten steroid (16 persen), glomerulonefritis (14,6 persen), gangguan ginjal kronik dengan sebab tidak jelas (13,2 persen), dan hipoplasia/displasia kongenital (12,3 persen). 

“Di dunia, insiden pada anak yang menjalani opname di rumah sakit sekitar 33,7 persen dengan angka kematian sebesar 13,8 persen," katanya.

"Sementara itu, gangguan ginjal kronik merujuk pada kasus di Amerika Serikat, terdapat 9.800 anak yang mengalami gangguan ginjal kronik tahun 2017 dan 1.399 mengalami gagal ginjal pada 2015. Sedangkan, insiden di Eropa sekitar 11-12 kasus per tahun per 1 juta anak dengan prevalensi 55-60 kasus  per satu juta anak,” ujar dokter anak yang berpraktik di RS Premier Bintaro. 

Ginjal, menurut dia, berfungsi sebagai pembuangan (ekskresi) zat sisa metabolisme, seperti urea, kreatinin, asam urat, bilirubin, dan lain sebagainya. 

“Ginjal juga berfungsi membentuk sel darah merah, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, tingkat asam (pH) darah, dan tekanan darah. Selain itu, ginjal juga berfungsi membentuk glukosa kalsitriol (bentuk vitamin D) yang penting untuk metabolisme kalsium dan fosfat,” ujarnya. 

Gangguan ginjal sendiri, sambung dr. Eka, dibedakan menjadi dua, yakni gangguan ginjal akut, timbul mendadak dalam waktu singkat. Kemudian, gangguan ginjal kronik, gangguan pada struktur atau fungsi ginjal selama lebih dari tiga bulan. 

Baca juga: 8 sayuran ramah untuk ginjal

Baca juga: Sisi buruk daging olahan untuk ginjal

Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018