50.000 hektare lahan jadi target penghijauan

14 November 2018 08:35 WIB
50.000 hektare lahan jadi target penghijauan
Ilustrasi - Peserta program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Kalimantan Barat melakukan penanaman pohon angsana di pesisir Kawasan Industri Wijayakusuma, Tugu, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (15/8/2018). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Gerakan penghijauan ini sebagai investasi masyarakat, karena bisa menghasilkan pendapatan ekonomi juga bisa mencegah bencana alam.

Lebak (ANTARA News) - Gerakan penghijauan hutan dan lahan di Provinsi Banten ditargetkan seluas 50.000 hektare per tahun melalui penyaluran aneka tanaman dari petani yang menerima bantuan program Kebun Bibit Desa (KBD).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten M. Husni di Lebak, Rabu, mengatakan gerakan penghijauan itu untuk merehabilitasi hutan (hutan gundul) dan lahan kritis.

Sebagian besar bantuan aneka tanaman itu dialokasikan di wilayah selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai kawasan hutan terluas di Provinsi Banten.

Melalui penyaluran bantuan penghijauan itu, kata dia, kawasan tersebut ditanami aneka tanaman melalui program KBD seluas 50.000 hektare per tahun.

"Kami berharap bantuan bibit tanaman dapat mengantisipasi kerusakan hutan dan lahan," katanya.

Bantuan aneka tanaman itu, antara lain jenis pohon mahoni, albasia, manglid, sukun, dan tanaman hortikultura. 

Ia menjelaskan program penghijuan tersebut tentu dapat menyejahterakan masyarakat karena bisa mencegah bencana alam dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

Gerakan penghijauan bisa dilakukan melalui penanaman pohon di Daerah Aliran Sungai (DAS), hutan produksi, hutan lindung, dan wilayah tangkapan sumber air.

"Kami berkomitmen melakukan penghijauan, selain memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat dan mampu mengantisipasi pemanasan global juga dapat mengurangi tingkat kerusakan hutan," katanya.

Ia mengatakan saat ini, jumlah lahan kritis di Banten mencapai 193.000 hektare sehingga perlu penanganan secara berkelanjutan.

Kerusakan lahan itu, ujarnya, dapat menimbulkan banjir bandang, longsor, dan kekeringan.

Oleh karena kerusakan lingkungan, kata dia, air hujan tidak secara langsung terserap ke tanah, namun mengalir ke aliran sungai.

"Kami meminta masyarakat dapat menjaga hutan dan lahan agar tetap lestari," katanya.

Tokoh adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Saija mengatakan masyarakat Badui melakukan gerakan penghijauan guna menjaga kelestarian hutan dan lahan di daerah itu.

Selain itu, mengantisipasi bencana alam, seperti banjir, longsor, dan kekeringan.

"Gerakan penghijauan ini sebagai investasi masyarakat, karena bisa menghasilkan pendapatan ekonomi juga bisa mencegah bencana alam," katanya.*


Baca juga: Komunitas Kebon Kliwon kampanye penghijauan di FLG

Baca juga: Ormas Laskar Hijau kembalikan lingkungan yang rusak




 

 

Pewarta: Mansyur
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018