"Industri sekarang kan berbasis digital, kita harus memikirkan dan mengimbangi pengembangan energi dengan tren tersebut," tutur Andy dalam agenda "Indonesia Best Electricty Award" 2018 di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, revolusi industri 4.0 memaksa masyarakat dunia untuk bersosialisasi dengan perangkat digital yang memakan energi, khususnya tenaga listrik.
Oleh karenanya pengembangan tenaga listrik di masa depan tidak hanya memikirkan keuntungan tapi juga efisiensi dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengguna.
"Revolusi industri ini sangat cepat karena terhubung melalui perangkat internet dan seluler. Potensi Indonesia sangat besar," pungkas Andy.
Ia memaparkan, dari sekitar 265 juta penduduk Indonesia, 132,7 juta merupakan pengguna internet dan 130 juta di antaranya merupakan pengguna aktif media sosial.
Semakin besar pengguna internet maka semakin besar pula kebutuhan akan tenaga listrik, katanya menegaskan.
Selain itu, tingginya tingkat digitalisasi juga harus dimanfaatkan perusahaan-perusahaan di bidang ini untuk lebih mendekat ke masyarakat.
"PLN sudah menggunakan layanan berbasis internet, bisa ditiru perusahaan lain juga, atau untuk mengenalkan nilai-nilai perusahaan agar lebih dikenal luas," ujar Andy menambahkan.
Baca juga: Pelaku harus siap hadapi ancaman Industri 4.0
Baca juga: Indonesia gandeng negara Asia Pasifik akselerasi industri 4.0
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018