Harimau masuk pasar diduga pernah terkam ternak

14 November 2018 18:03 WIB
Harimau masuk pasar diduga pernah terkam ternak
Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae). (ANTARA /Irsan Mulyadi)
Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menduga seekor harimau dewasa yang secara mengejutkan masuk ke dalam kawasan pasar di Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir sebelumnya pernah memangsa ternak milik warga.

"Kami duga seperti itu. Karena harimau dewasa itu yang sering muncul," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

Sebuah kejadian langka terjadi saat seekor harimau dewasa tiba-tiba masuk ke kawasan pasar di Indragiri Hilir. Hingga sore ini, si raja rimba bernama latin Panhtera tigris sumatrae tersebut masih terjebak di kawasan pasar, tepatnya di sela-sela dua bangunan rumah toko (Ruko). Namun, satwa itu tampak tenang dan Suharyono memastikan hewan karnivora itu dalam keadaan aman dan selamat.

Lebih jauh, Haryono menduga bahwa harimau dewasa yang belum diketahui jenis kelaminnya tersebut berasal dari kawasan semak belukar yang berlokasi tidak jauh dari pasar tersebut. Ia menjelaskan tidak jauh dari kawasan pasar terdapat kawasan semak belukar seluas empat hektare yang selama ini dikenal sebagai salah satu tempat persembunyian harimau.

Akan tetapi, kawasan semak belukar seluas empat hektare itu bukan merupakan tempat yang cukup luas bagi seekor harimau yang memiliki daya jelajah sangat luas. Selain itu, Haryono juga menduga jika harimau itu tersesat ke pasar akibat kekurangan sumber makanan di habitatnya yang sempit tersebut. Untuk itu, individu harimau yang diperkirakan lebih dari satu ekor dan mendiami kawasan semak belukar itu keluar satu persatu. Sebelumnya harimau itu juga pernah sempat menerkam sedikitnya tiga ekor ternak milik warga di Kecamatan yang sama.

"Pada saat menerkam ternak warga beberapa waktu lalu dari tapaknya kami perhatikan individu harimaunya lebih dari satu. Satu tapak besar mungkin induk dan tapak lainnya mungkin anakan. Nah, apakah ini induk yang kemarin tapaknya kita lihat atau individu lain belum bisa dipastikan. Tapi dugaan kami sama (dengan yang menerkam ternak warga)," jelasnya.

Baca juga: Harimau Sumatera berhasil berkembang biak di alam liar, ini buktinya

Sementara itu, BBKSDA Riau saat ini telah mengirimkan dua tim masing-masing satu tim dari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu dan satu tim lainnya dari Pekanbaru untuk menuju lokasi dan melakukan evakuasi. Tim dari Pekanbaru merupakan tim yang lebih lengkap karena terdiri dari tim medis dan tim bius. Namun, jarak dari Pekanbaru menuju lokasi kejadian cukup jauh dan membutuhkan waktu sedikitnya 10 jam perjalanan darat, maka ia mengatakan tim gabungan TNI, Polri dan masyarakat telah melakukan sejumlah upaya untuk menghindari harimau melarikan diri.

"Di sana sudah dipasang jaring dan kayu untuk mencegah harimau melarikan diri," tuturnya.

Kabupaten Indragiri Hilir dalam setahun terakhir tak lepas dari berita kemunculan harimau. Bonita, harimau betina dewasa mengawali berita kemunculan si raja rimba itu di Indragiri Hilir awal Januari 2018 lalu. Bonita menjadi perhatian publik setelah proses pencarian dan relokasinya memecah rekor sebagai proses pencarian dan penangkapan terlama di Indonesia. Butuh waktu tiga bulan sebelum harimau itu benar-benar berhasil ditangkap tim gabungan BBKSDA Riau, TNI dan Polri. Selama proses pencarian itu pula, Bonita telah menewaskan tiga manusia.

Pada September 2018, harimau kembali muncul di Indragiri Hilir yang kala itu menerkam tiga ekor ternak warga. Pasca kejadian, tim gabungan langsung turun untuk memasang perangkap dan kamera pengintai. Tim patroli juga diturunkan namun tak kunjung membuahkan hasil. Selanjutnya harimau juga tak luput dari pembunuhan. Di Kabupaten Kuantan Singingi, atau kabupaten tetangga Indragiri Hilir pada akhir September 2018 lalu seekor harimau betina dalam keadaan bunting ditemukan mati terjerat.

Baca juga: Harimau mati terjerat seharusnya lahirkan dua anak
Baca juga: Harimau sumatera masuki pasar di Riau


 

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018