Jakarta (Antara News) - Kementerian Pertanian tengah menggalakkan peningkatan produksi kentang, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri, guna mewujudkan swasembada pada 2020.Kita sudah swasembada kentang granula untuk konsumsi sejak 2018, sedangkan kentang atlantik untuk kebutuhan bahan baku industri, target swasembada paling lambat 2020
"Kita sudah swasembada kentang granula untuk konsumsi sejak 2018, sedangkan kentang atlantik untuk kebutuhan bahan baku industri, swasembadanya target paling lambat 2020," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Suwandi mengaku optimistis target tersebut dapat tercapai. Kementan pun telah menggelar rapat dengan para pelaku usaha untuk berkoordinasi memacu pencapaian swasembada.
Ia menjelaskan kentang untuk bahan baku industri dibutuhkan jenis khusus yaitu atlantik yang selama ini pasokannya masih mengandalkan impor.
Dengan berkembangnya teknologi perbenihan dan pemuliaan benih kentang, telah ditemukan berbagai varietas seperti varietas Median, Bliss, Omabeli sebagai substitusi jenis kentang atlantik sehingga nantinya tidak lagi mengandalkan impor.
"Benih kentang lokal ini punya keunggulan bisa diproses secara tertentu sehingga hasil produknya akan bermanfaat bagi kesehatan, berdampak langsung bagi stamina tubuh," kata dia.
Suwandi menyebutkan swasembada kentang industri sebelumnya ditargetkan pada 2019. Akan tetapi, setelah mencermati kesiapan industri, kemampuan produksi, umur panen tiga bulan, proses panen menjadi benih 3-4 bulan, sehingga paling lambat swasembada pada 2020.
Bisnis kentang industri saat ini dikelola dua industri besar dan beberapa industri menengah dan kecil.
Salah satu industri besar sudah mampu memproduksi sendiri dan swasembada pada Juli 2019 dan industri lainnya tengah dilakukan percepatan paling lambat pada akhir 2020.
Dilansir data BPS, impor kentang industri pada tahun 2017 sebesar 51.849 ton yang nilainya mencapai Rp275 miliar. Namun, pada Januari-September 2018 impor hanya 29.649 ton, atau senilai Rp117 miliar, sehingga ini menandakkan impor kentang industri turun signifikan.
"Sejak 2018 tidak ada impor kentang konsumsi, sudah swasembada. Bahkan saat ini kami juga mendorong ekspor kentang segar. Januari-September 2018 sudah ekspor 2.781 ton," kata Suwandi.
Pada kesempatan yang sama, Direksi PT Indofood Fritolay Makmur Suaimi Suriady mengatakan perusahaannya memproduksi berbagai produk berbahan baku dari kentang.
Oleh karena itu, sejak 2016 Direktorat Hortikultura Kementan dan Kementerian Perdagangan mengajak perusahaan untuk menyiapkan peta jalan mencapai swasembada bahan baku kentang industri.
"Sebagian besar bahan baku kentang kami bersumber dari mitra petani yang ditanam menggunakan benih yang tersedia. Kami akan selalu mendukung program dan mengikuti regulasi Kementan untuk mencapai swasembada," katanya.
Direktur Wingsfood Stefanus menyatakan Wingsfood sebagai perusahaan olahan kentang yang baru berumur dua tahun perlu waktu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dari produksi kentang dalam negeri.
Untuk menuju pemenuhan bahan bakunya dari produksi dalam negeri, Wingsfood sedang melakukan penanaman di daerah Pemalang, Majalengka, dan Magelang.
Wingsfood juga bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor dan Japan International Cooperation Program (JICA).
Untuk memenuhi kebutuhan benihnya, Wingsfood akan bekerja sama dengan penangkar benih dan importir benih untuk proses produksi.
Baca juga: Tingkatkan pendapatan, petani tanam kentang
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018