• Beranda
  • Berita
  • Kabupaten Tangerang Terapkan Sekolah Menyenangkan

Kabupaten Tangerang Terapkan Sekolah Menyenangkan

15 November 2018 12:20 WIB
Kabupaten Tangerang Terapkan Sekolah Menyenangkan
Belajar Matematika Pendiri Surya Institute, Yohanes Surya (kiri) melakukan demonstrasi pembelajaran matematika bersama dua siswanya asal Provinsi Papua yaitu Chiristian (tengah) dan Lisa Dori (kanan) saat pencanangan Gerakan Ambon Pandai Matematika Kerjasama Pemkot Ambon dan Surya Institute di Baileo Oikumene, Ambon, Maluku, Senin (6/2). Melalui gerakan tersebut diperkenalkan Metode belajar matematika yang Gampang, Asyik Dan Menyenangkan (GASING) kepada seluruh pengajar matematika dan siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Ambon. (FOTO ANTARA/Izaac Mulyawan)

kami menargetkan  bisa diterapkan  di 756 SD negeri dan sebanyak 86 SMP negeri se-Kabupaten Tangerang

Jakarta, 15/11 (Antara)- Kabupaten Tangerang menyatakan akan menerapkan konsep Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di semua wilayah tersebut secara bertahap.
     
"Kami akan terapkan konsep ini secara bertahap. Di Tangerang ada sekitar 2.000 sekolah yang terdiri dari SD, SMP dan SMA, perlu adanya pembaharuan di sekolah," ujar Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, di  Jakarta, Kamis.
     
Dia menambahkan para pendidik harus turut membantu agar bisa menciptakan sekolah yang menyenangkan. Sehingga anak didik senang dan nyaman berada di sekolah.
   
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Hadisa Masyhur, mengatakan saat ini pihaknya tengah menyusun indikator penerapan GSM. 
   
"Melalui gerakan ini, kami menargetkan  bisa diterapkan  di 756 SD negeri dan sebanyak 86 SMP negeri se-Kabupaten Tangerang," kata Hadisa.     
   
Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengatakan literasi harus mendapatkan tempat sebagai prioritas utama dalam kebijakan pendidikan di era disrupsi revolusi digital.
   
"Tujuannya agar manusia  bisa menjadi pelaku utama dalam menuntun penggunaan teknologi bagi kesejahteraan dan kemajuan sosial di masa akan datang," katanya.
   
Rizal menambahkan jika kodrat nalar yang dimiliki anak-anak hanya dipakai untuk menghapal isi buku teks, menjawab pekerjaan rumah, atau menjawab soal ujian saja, tetapi tidak digunakan untuk belajar menjawab persoalan yang semakin kompleks hari ini.
   
"Padahal the World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa tuntutan industri kerja sejak tahun 2020 akan berubah," kata Rizal.
   
Rizal menjelaskan 36 persen menuntut kemampuan penyelesaian masalah serta sekitar 20 persen kemampuan sosial, komunikasi dan kolaborasi, sedangkan ketrampilan pengetahuan hanya dibutuhkan 10 persen saja. I
   
"Ironisnya, sistem pendidikan kita masih berkutat pada penguasaan akademik hapalan saja," tambahnya.

Baca juga: Sekolah di Kepulauan Seribu harus menyenangkan
Baca juga: Sekolah masa depan harus membahagiakan

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018