Jawa Barat siapkan kurikulum tanggap bencana

23 November 2018 22:50 WIB
Jawa Barat siapkan kurikulum tanggap bencana
Arsip Foto. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) memberikan pengarahan di hadapan sejumlah sejumlah Wali Kota dan Bupati Jawa Barat pada acara Kopi Darat (Kopdar) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (16/11/2018). ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Bandung (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan kurikulum tanggap bencana dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penanggulangan bencana di kalangan anak sekolah.

"Pemprov Jabar memulai kurikulum tanggap bencana agar sebagai provinsi yang rutin rawan bencana, anak-anak sekolah kita siap bagaimana menghadapi bencana gempa bumi, kalau gunung meletus, kebakaran, banjir, dan lain sebagainya," kata Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil pada Jumat dalam acara peluncuran program Pelajar Siaga Bencana Tahun 2018 di Yayasan Kharisma Darusalam, Jalan Raya By Pass Jomin Timur, Karawang.

Gubernur yang biasa disapa Emil itu mengatakan lembaga pendidikan perlu merancang penerapan kurikulum tanggap bencana mengingat wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat, rawan menghadapi bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, bencana vulkanik, liquifaksi, hingga banjir.

Indonesia rawan bencana karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasific. Lempeng Indo-Australia bertemu dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara; serta dengan Pasific di Utara Irian dan Maluku Utara.

Dan Jawa Barat termasuk wilayah Indonesia yang rawan bencana. Sejak Januari sampai sekarang, Jawa Barat sudah menghadapi 1.322 kejadian bencana alam, yang meliputi 351 kejadian tanah longsor, 220 terjangan angin puting beliung, 106 kejadian banjir, 141 kebakaran hutan, 387 kebakaran permukiman, dua gempa bumi, dan lima gelombang pasang.

Emil ingin kurikulum tanggap bencana bisa diterapkan di seluruh sekolah Jawa Barat mulai Januari 2019.

Pemerintah Jawa Barat telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Jepang mengenai pengembangan kurikulum kebencanaan.

"Kita meniru apa yang ada di Jepang, mereka yang luar biasa ini akan menjadi mitra. Saya sudah kerja sama dengan JICA, Kota Yokohama, dan Pemerintah Jepang untuk memberi asistensi kurikulum berbasis bencana," katanya.

Penerapan kurikulum tanggap bencana diharapkan dapat meminimalkan jumlah korban serta kerusakan dan kerugian akibat bencana di kemudian hari.

"Kami ingin di masa depan anak cucu kita siap terhadap bencana dan potensi bencana sehingga bisa hidup berbudaya dan menyiasati takdir bencana yang memang secara geologis Indonesia ini rawan," kata Gubernur.

Baca juga:
Jawa Barat hadapi 132 bencana sejak awal November
Jawa Barat siaga banjir-longsor hingga Mei 2019
Simulasi kebencanaan hendaknya masuk kurikulum sekolah

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018