Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memandang nilai tukar rupiah hingga perdagangan pada Selasa siang ini masih "undervalue" atau terlalu murah dibandingkan dolar AS, meski dalam beberapa pekan terakhir mata uang Garuda menunjukkan tren penguatan.Alhamdulillah menguat, meski kami pandang posisi sekarang masih 'undervalue'
"Alhamdulillah menguat, meski kami pandang posisi sekarang masih 'undervalue'," kata Perry usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Selasa.
Hingga perdagangan pukul 13.30 WIB di pasar spot, rupiah diperdagangkan Rp14.491 per dolar AS atau masih dalam tren menguat meskipun dengan dosis terbatas, setelah dibuka hari ini di Rp14.495 per dolar AS.
Perry mengatakan otoritas moneter pada 2019 akan tetap mendorong pergerakkan rupiah sesuai harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Namun, Bank Sentral tidak akan mengurangi peran intervensi, ketika tekanan kurs semakin kencang.
"Kecukupan likuiditas akan terus kami jaga. Kebijakan stabilisasi moneter diperkuat dengan askselarasi pendalaman pasar uang di 2018. Pasar valas kami telah tempuh dengan kebijakan swap (barter) valas yang lebih efisien," ujar Perry.
Ekonom dari Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan potensi rupiah untuk terus menguat di perdagangan hari ini terbuka.
Salah satu musababnya, dolar AS berpeluang melemah karena sentimen yang menopang penguatan mata uang Asia, seperti Yen Jepang, ataupun dolar Hong Kong. Jika dolar AS berada dalam tren pelemahan, akan menjadi sentimen positif bagi rupiah.
"Diperkirakan rupiah dapat bergerak menuju kisaran Rp14.450-Rp14.470 per dolar AS dengan tetap dalam penjagaan Bank Indonesia," kata Lana.
Baca juga: Rupiah Jumat sore menguat jadi Rp14.544
Baca juga: Darmin: tekanan kepada kurs belum akan usai
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018