Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Dharmais, dr. Evlina Suzanna, SpPA(K) mengatakan batuk dan sakit kepala merupakan gejala yang sering dijumpai pada penderita.
"Gambaran klinis tidak khas. Sangat banyak, mulai dari batuk (69 persen), nyeri dada (66 persen), napas pendek (36 persen)," ujar dia dalam konferensi pers mengenai "Bulan Peduli Kanker Paru" di Jakarta, Rabu.
Dalam kesempatan itu, dokter spesialis paru dari RSPAD Gatot Soebroto, Brigjen TNI dr. Alex Ginting S, SpP(K) menuturkan batuk yang mengarah pada keganasan biasanya terjadi hingga 8 minggu.
"Batuk pilek dianggap masih ringan. Batuk empat minggu harus curiga TB, kalau 8 minggu curiga keganasan, tetapi memang tidak khas (gejalanya)," tutur dia.
Kemudian, bila kanker sudah menyebar ke otak, gejalanya bisa lain lagi dan lagi-lagi tak khas. Salah satu gejalanya, sakit kepala.
Menurut Evlina, gejala kanker paru juga bisa dengan gambaran paru-paru basah dengan keluhan sesak (kelanjutan kanker paru stadium 4).
"Pasien TB juga banyak dengan paru-paru basah. Gambaran klinis tidak bisa dikaitkan langsung dengan kanker paru. Kalau tiba-tiba pembesaran pembuluh darah di leher karena sel kanker sudah menyumbat, sudah menuju kanker paru, sehingga sudah masuk tanggap darurat," papar dia.
Oleh karena itu, kepedulian penderita melakukan pemeriksaan menjadi hal penting sebelum ada gejala klinis lain. Dia pun perlu mengendalikan faktor risiko kejadian kanker paru. Hingga saat ini, rokok dan asapnya menjadi faktor utama kejadian kanker paru.
Data Globocan 2012 menunjukkan, kanker paru berada di urutan pertama pada pria dan empat pada wanita di Indonesia. Tahun 2018, jenis kanker ini berada di urutan pertama pada laki-laki yakni 19,4 per 100.000 penduduk.
"Pada perempuan urutan kelima. Angka kematian pada pria dan wanita menduduki nomor 1. Harapan hidup sangat pendek hampir lebih 70 persen waktu hidup 13 bulan," tutur Evlina.
Baca juga: Indonesia kini punya terapi baru pengobatan kanker paru
Baca juga: Kenali sesak napas pertanda hipertensi paru
Baca juga: Obat pelangsing bisa sebabkan hipertensi paru
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018