Jakarta (ANTARA News) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan rata-rata nilai tukar rupiah di 2019 sebesar Rp15.250 per dolar AS.Memang cukup tinggi. Faktor yang paling besar adalah melebarnya defisit neraca transaksi berjalan
"Memang cukup tinggi. Faktor yang paling besar adalah melebarnya defisit neraca transaksi berjalan," ujar Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, dalam seminar nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2019 di Jakarta, Rabu.
Ia menyebutkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi di November 2018 hanya temporer mengingat defisit neraca transaksi berjalan belum pulih.
Selain itu, ketidakpastian juga masih tinggi di level global sehingga Indef menilai nilai tukar Rp15.250 per dolar AS masih cukup realistis.
"Dalam perjalanannya mungkin ada fase rupiah akan apresiasi, bayangan kami rupiah di 2019 tetap di atas Rp15 ribu. Kecuali CAD bisa ditekan di bawah 2,5 persen," ujar Eko.
Dalam kesempatan yang sama, peneliti senior Indef Faisal Basri mengatakan fluktuasi nilai tukar diperkirakan akan lebih rendah jika dibandingkan 2018
"Volatilitas berkurang jadi tidak gonjang-ganjing. Rupiah akan lebih stabil, tetap menembus Rp15 ribu namun volatilitasnya berkurang," kata dia.
Faisal juga menyebutkan bahwa rupiah akan sulit menguat dalam jangka menengah sepanjang neraca transaksi berjalan masih defisit.
Pada kuartal III 2018, defisit neraca transaksi berjalan mencapai 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar. Namun jika melihat dari awal tahun hingga akhir kuartal III 2018, defisit neraca transaksi berjalan secara akumulatif sebesar 2,86 persen PDB.
Baca juga: Pemerintah konsisten perbaiki defisit neraca transaksi berjalan
Baca juga: BI pandang rupiah saat ini masih terlalu murah
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018