Mayor Bariki Mallya, juru bicara bagi misi tersebut, mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu, serangan udara di Kabupaten Garmsir di Provinsi Helmand dilancarkan oleh pasukan AS atas permintaan tentara Afghanistan yang sedang memburu anggota Taliban yang bersenjata senapan mesin berat.
"Dalam aksi bela diri, pasukan darat meminta serangan udara dilancarkan. Setelah serangan itu, ada ledakan kedua di dalam satu kompleks. Pada saat yang sama dengan serangan tersebut, pasukan darat tak mengetahui ada warga sipil di dalam kompleks atau sekitarnya; mereka hanya tahu bahwa anggota Taliban menggunakan gedung itu sebagai posisi tempur," katanya.
Ia menambahkan petempur Taliban terus menggunakan warga sipil, terutama anak-anak, sebagai perisai manusia.
Baca juga: PBB selidiki serangan AS yang tewaskan 32 orang Afghanistan
Baca juga: Amerika Serikat belasungkawa atas serangan mematikan di Afghanistan
Ketidakpuasan telah meluas di kalangan penduduk mengenai peritiwa seperti itu, yang digambarkan sebagai "kerusakan jaminan" oleh pihak yang berperang.
Noor Ullah, seorang warga kabupaten itu, mengatakan melalui telepon kepada Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam, dua lelaki tua, empat perempuan dan sejumlah anak kecil kehilangan nyawa mereka dalam serangan udara tersebut.
Pada Rabu, lembaga penyiaran lokal Tolo News melaporkan bahwa sedikitnya 30 orang --termasuk perempuan dan anak kecil-- tewas dalam serangan udara itu. Pemerintah provinsi menyatakan 15 anggota Taliban telah dalam serangan tersebut.
Itu adalah peristiwa mematikan kedua di provinsi yang sama. Pada awal pekan ini, operasi darat dan udara serupa melukai 16 orang, kebanyakan anak kecil, di Daerah Baba Ji di Helmand.
Korban di pihak sipil dalam berbagai serangan udara telah memperlihatkan lonjakan tajam, naik 52 persen dalam enam bulan pertama 2018, dibandingkan dengan tahun lalu, kata Misi PBB di Afghanistan.
Sebanyak 149 warga sipil tewas dan 200 orang lagi cedera dalam semester pertama 2018, kata misi tersebut.
Editor: Chaidar Abdullah
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018